Feabhra 22, 2006

....30 something lah




Dulu pernah saya tuliskan pesan pada seorang teman yang jauh lebih muda dan baru saja menduduki bangku kuliah, kata saya waktu itu "masalah ... masalah ... masalah semakin dewasa semakin kompleks saja masalah yang dihadapi, namun hanya satu tempat menyenderkan semuanya itu ... Allah SWT" begitu kurang lebih.

Pada akhirnya, ternyata kalimat itu kembali kepada saya lagi, siapa sangka. Membuktikan bahwa saya sanggup menghadapi masalah dan menyerahkan segala sesuatunya pada Allah SWT alias legowo ternyata tidak semudah mengatakannya.

Masalah terbesar yang saya hadapi sekarang adalah waktu. Tik tok tik tok tik...waktu terus berjalan, tidak peduli sesiap apa saya menghadapinya sampai akhrinya pada suartu pagi saya terbangun dalam sebuah usia rangkaian puluhan kepala tiga....tiga puluh tepat minggu kemarin.

Cukup lumayan memang, untuk pria usia berkepala tiga ini. Isteri sudah ada, kediaman....ada-lah walaupun masih ngontrak, kendaraan...juga ada walau hanya beroda dua, pekerjaan....alhamdulillah sudah menjadi pegawai tetap. Lalu kenapa menjadi masalah bila memang kenyataannya begitu?

Masalahnya adalah saat ini saya benar-benar merasakan apa artinya menjadi the last of Mohicans, seperti suku Indian terakhir yang ada di atas dunia ini. Asing, padahal berdiri di atas tanah yang dibangun oleh keringat dan darah nenek moyangnya... saya adalah lelaki terakhir dari garis ayah saya,.....dan menjadi pria berusia 30 tahun tanpa keturunan semakin membuat saya berfikir...ada sesuatu yang salah.

Anda tahu, Bapak saya adalah lelaki satu-satunya dari dua bersaudara. Sejak zaman penjajahan Jepang Bapak telah menjadi yatim piatu dan harus hidup prihatin. Menjadi seperti apa yang ada dalam diri Bapak menurut saya adalah sebuah berkah yang luar biasa dari Allah SWT.

Menjadi tentara dan mengakhiri karirnya dengan pangkat yang lumayan. Beristerikan, yaitu ibu saya, seorang bidan dan akhirnya mendapatkan keturunan yang salah satunya adalah saya....pria satu-satunya. Beban sebagai penerus garis keturunan akhirnya bertumpu pada saya dan masih menunggu dalam gelisah dan resah, sampai sekarang.

Seorang teman seangkatan dibangku kuliah tertawa ketika mendengar kegelisahan saya. Menurutnya, saya baru tiga puluh, padahal suaminya saja sudah lima tahun di atas saya masih tenang-tenang saja. Lalu dia bertanya "menurut lu, kalo lu punya anak sekarang...anak lu bakal bahagia ga ?"

Deg! Saya kaget juga mendengar pertanyaanya. Kira-kira, bakal bahagia ga?

Saya tidak pernah berfikir sampai sejauh itu. Saya fikir bila memiliki anak maka, bapak saya akan senang, mertua saya akan senang, kakak ipar dan kakak kandung saya juga akan senang, apalagi saya sendiri....juga akan senang tentunya dan yang paling utama adalah....pasti isteri saya akan sangat sangat senang. Tapi apakah anak saya akan senang bila dia lahir sekarang? saya benar-benar tidak tahu.

Apakah saya menjadi pria egois yang (merasa) dikejar-kejar waktu hingga terlalu banyak menuntut...bahkan merasa benar dan berhak untuk mendapatkan keturuan saat ini juga??? Padahal Gusti Allah SWT faham sekali tentang saya sebenarnya...jangan-jangan saya belum siap hanya saya saja yang tidak tahu diri dan merasa lebih tahu dari Nya.

Ya Allah....maafkan. Terserah, Ya Allah....kapan saja Engkau melihat hamba sudah siap, hamba akan terima.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home