Lúnasa 12, 2004

R u macho enough 2 b a librarian?



Semalam tidak sengaja saya membaca sebuah artikel yang membahas masalah gender dalam profesi engineering atau dalam bahasa kitanya insinyur. Menceritakan kenapa pria mendominasi bidang pekerjaan tersebut. Katanya sih pria itu lebih menyukai dan ahli dalam menangani kotoran seperti tanah, lumpur atau oli namun payah terhadap kotoran serupa muntahan, debu dan darah sedangkan wanita sebakiknya. Pernyataan yang langsung disambut dengan protes keras istri saya.

Memang sih tidak seratus persen semua pekerja dalam bidang tekhnik adalah pria, ada juga beberapa pekerja wanita bahkan sampai menduduki posisi puncak. Namun tetap dominasi pria begitu ketara baunya di sana.

Lalu apa hubungannya dengan profesi yang sedang saya geluti saat ini? ya begini, kalau ada bidang karir yang didominasi oleh pria maka juga sebaliknya pasti ada dong karir yang didominasi oleh jenis kelamin sebalinya, yaitu wanita. Sebut saja sekertaris, perawat dan guru.

Bagaimana pustakawan? Memang tidak ada hukum tertulis yang menetapkan bahwa pustakawan harus wanita, karena kalau memang begitu bukan pustakawan namanya tapi pustakawati. Eits....tapi tunggu dulu, apa benar profesi pustakawan bebas dominasi gender tertentu, terutama dari wanita?

Sepertinya saya harus minta maaf dan menyampaikan bahwa ternyata profesi pustakawan memang didominasi oleh wanita. Ketika dulu kuliah di Jurusan Ilmu Perpustakaan (JIP) jumlah pejantan untuk angkatan saya sendiri hanya setengah dari wanitanya. Mungkin anda memaklumi karena JIP sendiri di bawah Fakultas Sastra yang nota bene memang hampir lebih dari enam puluh persennya adalah wanita, rata-rata tiap angkatan.

Tidak hanya masiwanya saja, dosennyapun hampir-hampir dikuasai oleh wanita. Termasuk dalam dunia perbloggeran ternyata perbandingan pustakawan pria dan wanita adalah satu banding dua, cek saja di sini. Termasuk ibu ini juga
pustakawan/ti loh,...kalau anda lom tahu.

Apa yang sebenarnya sedang terjadi? apa saya sedang bertransformasi ke jenis kelamin yang berlawanan, apakah saya sedang melepaskan diri dari dunia ke laki-lakian dengan resiko bila gagal akan menemani Tesi Srimulat??? OMG!!!

Antara insinyur dan pustakawan,...antara Tesi dan Sylvester Stallone mana yang harus saya pertanggungjawabkan kepada anda para pembaca tentang profesi saya? antara ke macho an dan ke feminim an? mana yang harus dipilih untuk menggambarkan jenis pekerjaan saya?

Gara-gara artikel semalam postingan ini....::sigh::

NB: saya kurang faham dengan masalah gender dan feminisme, menurut saya wanita dan pria sama di mata Allah SWT, dan bertebaran di atas dunia ini sesuai fungsinya.

Pict taken from here

0 Comments:

Post a Comment

<< Home