Iúil 15, 2004

Mematai Mata Dunia

Baca bacalah buku
Baca maka kau tahu
Baca bacalah slalu
Di bukumu terdapat ilmu

Tulis apa kau baca
Tulis tulishlah semua
Tulis apa kau lihat
Dan duniapun 'kan jadi dekat

Lagu pada Launching buku "Hai Teman-teman. Main Tebakkan Yuuk-Tebak Humor Anak dan Cerita Lucu".


Syair lagu di atas memang belum pernah ada sebelumnya, jadi kalau anda belum pernah merasa mendengarnya ya bukan hal penting. Bait kata diatas memang sengaja di luncurkan bersama dengan launching buku dengan judul yang anda baca itu. tetapi bukan itu yang menjadi masalah. Karena saya rasa setiap orang yang tidak pernah datang ke perpustakaanpun mengakui atau paling tidak pernah mendengar bahwa buku adalah sumber ilmu.



Bagaimana anda mengenal buku? mari kita berbagi cerita. Saya ingat dahulu saya mengenal buku karena seorag teman yang memiliki koleksi buku cerita semacam Tintin, Lucky Luke, Asterix dan belakangan muncul dalam rak bukunya SMURF. Saya memang anak yang tidak begitu tertarik pada kegiatan yang melibatkan fisik. Apalagi bila harus berlari-larian ke sana kemari. Walaupun ada beberapa permainan yang saya suka, tapi tetap saja sebagian besar masa kecil saya dihabiskan kalau tidak di depan TV ya maen ke rumah teman-teman pemilik koleksi buku cerita dan cergam tersebut.

Lalu hari-hari libur dan jam sepulang sekolah saya tenggelam dalam petualangan Tintin bersama Kapten Hadock dan sikembar Thompson. Sampai sekarang saya rasa belum ada ilustrasi yang seindah buku cerita karangan Herge dan diterbitkan oleh Penerbit buku Indira, entah bagaiman kabar penerbit itu sekarang. Berbeda dengan Tintin, buku Asterix indah menjadi menarik karena keahlian penterjemah untuk mengasimilasi kata-kata yang dalam bahasa asalnya mungkin tidak begitu lucu, tetapi oleh mereka dirubah sedikit hingga buat kita terasa lucu, masih inget Mataharix dan Tukang Kibulix?

Ya sedikit memalukan memang untuk saya yang berprofesi pustakawan, bila ada yang bertanya bagaiman awalnya saya terlibat dengan buku. Saya memang tidak begitu suka buku-buku semacam Lima Sekawan dan Trio detektif, menurut saya (waktu itu) buku-buku itu sangat menyedihkan karena minim ilustrasi. Tapi tidak tidak, itu pendapat sebelum saya bertemu dengan si Sherlock. Walaupun minim ilustrasi dan hanya beberapa judul saja yang sempat saya baca sampai habis, tetapi saya begitu tergila dengan metode pemecahan kasusnya. Bagaimana bisa melihat perilaku dan kebiasaan seseorang hanya melihat dari kotoran dan bercak yang menempel di pakaiannya? luar biasa bukan. Denger-denger sih metode Sherlock digunakan oleh kepolisian kerajaan Inggris sesudahnya. Sherlock Holmes juga penyebab munculnya impian saya untuk menjadi detektif, selain Remington Steel tentunya.

Mengenal buku memang bermacam-macam caranya, saya iri dengan anak-anak sekarang dengan begitu banyak pilihan buku dan tempat membaca selain toko buku. Geliat dunia penerbitan yang luar biasa melahirkan tokoh-tokoh baru dalam dunia khayal mereka berkat buku-buku yang bermunculan dari ahli ilmu bela diri sampai tokoh pejuang Islam. Perpustakaan-perpustakan atau mungkin lebih baik saya sebut taman bacaan saja, yang berserakan di mana-mana, dengan aktivitas yang menstimulus mereka untuk mencintai buku.

Ah masih banyak yang ingin saya ceritakan mengenai perselingkuhan saya dgn buku. Tapi sedari tadi tidak pernah bisa kata-kata itu muncul di ujung jari saya hanya terdiam di ujung syaraf-syaraf kepala saya. Yah mungkin besok.... :)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home