.. not that crazy
"Jika kalah, saya masuk bui. Jika menang saya masuk ke dalam kehinaan, dan akan terperangkap di situ selamanya, dan saya dianggap gila serta membahayakan masyarakat. Jadi, sejujurnya, saya lebih senang masuk bui, menjalani hukuman lalu bebas. Apa artinya kemenangan bagi saya? Apa pula arti kekalahan?
Di atas adalah kutipan percakapan antara Stephen Carrie Blumberg dengan Basbane. Bagi kebanyakan orang Blumberg tidak seakrab Robin Hood atau Zorro, padahal mereka sama sama melegenda sebagai pencuri, bedanya si Blumberg bukan mencuri uang atau harta benda namun dia suka sekali mencuri buku, ya betul sekali...buku.
Selama karirnya menjadi penilep buku, sebelum akhirnya dikhianati oleh sahabatnya yang melapor ke FBI dengan imbalan 26 ribu dolar, Blumberg telah 'meminjam' tanpa ijin sebanyak 23.600 buku (sekitar 5,3 juta dolar atau sekitar 48 milyar bila dirupiahkan) dari 268 perpustakaan di Amerika dan Kanada. Bila dihitung hitung dibutuhkan 879 kardus dan 17 hari berturut-turut untuk mengeluarkan semua buku hasil curiannya.
Blumberg memang pencuri yang sedikit gila bila boleh dibilang seperti itu, atau paling tidak unik lah. Karena hampir-hampir tidak sebersitpun semua hasil buku curiannya dijual kembali,..hanya disimpan saja dirumahnya. Demikan Nicholas Basbanes dalam bukunya "A Gentle Madness: Bibliophiles, Biblimanes and the Eternal Passion for Books" menceritakan tentang pencuri unik dari negeri Paman Sam itu.
Kegilaan yang luar biasa bukan, bahkan untuk ukuran sesama pecinta buku. Tetapi anda salah besar bila dalam dunia yang akrab dengan buku hanya ada orang-orang berkacamata tebal dan selalu terikat dengan rutinitas yang membosankan. Dunia buku dan perpustakaan ternyata juga sebagai objek yang sangat berpotensi tinggi untuk menghasilkan orang-orang sedikit (atau banyak?) tidak waras.
Tom Raabe dalam bukunya : "Bibliohilsm, The Literary Addiction" menjelaskan beberapa penyakit jiwa yang berhubungan dengan buku. Akar dari semua kegilaan terhadap buku menurut Raabe adalah Biblioholism, kalau org gila kerja disebut workholism dimana seseorang begitu tergila-gila untuk bekerja sampai lupa segalanya, maka Biblioholism adalah orang yang cenderung terlalu berlebihan terhadap benda yang sering kita sebut sebagai buku, entah berlebihan dalam membelinya, membacanya, mengoleksinya dan lain lain.
Biblioholism sendiri dapat dibagi dua yaitu Bibliomania dan Bibliofil. Dimana bedanya? begini, bila anda suka sekali membeli buku, dan mengumpulkannya sebanyak banyaknya tanpa pernah membaca buku yang telah dibeli tersebitu satupun juga maka anda termasuk Bibliomania. Namun bila anda suka juga membacanya tidak perduli satu buku atau dua buku saja, maka anda masuk ke dalam golongan Bibliofil... oh ya untuk catatan saja Bibliomania artinya gila buku, sedangkan Bibliofil berarti cinta buku... silahkan pilih.
Bila anda pikir Bibliomania sudah cukup gila? Tunggu dulu! Menurut Raabe ada lagi beberap kegilaan terhadap buku, sebaiknya saya sebukan satu-satu saja di sini untuk membuat anda semakin waspada agar tidak terjangkit :). Bibliotaf adalah orang yang beranggapan buku harus di proteksi seaman-amanya bagaimanapun caranya, kalau perlu di dalam bungker nuklir agar terhindar dari percekcokan atau pertikaian jaman. Bobliotaf yang ekstrem bahkan cenderung ingin dikubur bersama koleksi buku-bukunya.
Bibliokas saya rasa adalah hal yang paling umum dilakukan oleh pengguna perpustakaan, karena pengidap penyakit ini cenderung untuk merusak buku entah dengan membakarnya atau yang paling ringan dengan merobek halaman buku perpustakaan. Membakar buku biasanya dijangkit oleh para penguasa yang takut ide idenya ditentang lewat buku sedangkan perobek lembar buku biasanya dilakukan oleh masiwa yangs sedang skripsi dan 'kehabisan' modal untuk fotokopi... he he he ngaku deh :P
Dua penyakit berikut adalah yang menurut saya paling aneh dari penderita penyakit kejiwaan yang berhubungan dengan buku, dalam bukunya Putut widjanarko yaitu Bibliofagi dan Biblionarsisis. Bibliofagi adalah orang yang memakan buku. Bukan memakan buku dalam artian giat membaca namun memakan seperti ketika anda memakan pisang goreng atau tahu isi... entah make cabai atau tidak. Jangan kira tidak ada, beberapa orang tercatat pernah melakukannya termasuk Theodore Rinking, dia bahkan memesan saus khusus untuk menemani 'lauk'-nya.
Bila anda suka membeli ensklopedia atau kamus atau buku apalah yang mahal dengan hard kover yang indah lalu meletakkannya di ruang tamu sebagai pajangan maka anda termasuk sebagai penjangkit Biblionarsisis, membeli buku hanya untuk dipamerkan. Narsisis diambil dari mitologi Yunani dimana tokohnya, Si Narcissus sangat tampan hingga dia sendiri jatuh cinta ketika melihat pantulan wajahnya.
Sadar atau tidak ternyata penyakit jiwa yang terakhir saya sebutkan di atas paling banyak dijangkit oleh umat Islam sekarang, karena kebanyakan kita cenderung suka sekali membeli Al Qur'an yang indah dengan cetakan lux hanya untuk dipajang tanpa pernah dibaca se huruf pun... naudzubillah.
Terinspiras (lagi) dari Elegi Gutenberg karya Putut Widjanarko. Aslinya bisa dibaca di sini
0 Comments:
Post a Comment
<< Home