Belajar jadi bapak-bapak...OMG*!!!!
Berapa biaya yang dihabiskan untuk belajar menjadi seorang bapak-bapak? tidak banyak kok, kecuali tangan pegel-pegel, betis dan paha belakang kram dan ga bisa tidur semalaman. Tidak begitu mahal bukan paling-paling biaya tambahannya hanya remason atau paling nggak tukang pijit he he he.
Resiko deh, yang namanya dah menikah memang mau ga mau harus bisa bersikap seperti layaknya seorang bapak-bapak. Tau khan jenis mahluk yang satu ini? Menjadi bapak adalah puncak dari bayangan-bayang dalam benak saya selama ini tentang kedewasaan. Ketikan dulu duduk di sekolah dasar rasa-rasanya melihat sosok remaja adalah suatu yang hal luar biasa dewasanya, hal yang sepertinya tidak mungkin saya rasakan. Namun toh akhirnya duduk juga di bangku sekolah menengah dan merasakan apa yang hanya bisa saya bayangkan.
Nah, sama ketika berkembang menjadi remaja, menjadi bapak juga diperlukan beberapa ujian dan latihan sebelum akhirnya layak disebut 'Pak Iman", dan kerja bakti adalah ujian kesekian yang harus saya lakukan. Hal-hal model gini sebenarnya dulu ketika masih bujang dan tinggal bersama ortu paling saya hindari, entah mengapa saya mendingan bayar uang saja daripada harus ikut kerja bakti... capek, dan rasa-rasanya saya ga bisa kalau harus gaul dengan ya itu tadi, bapak-bapak. Soalnya di tempat tinggal ortu saya, yang namanya kerja bakti biasanya yang datang kalau bukan bapak-bapak ya ibu-ibu...dengan tentunya topik obrolan yang berputar pada dunia orang orang beristri/bersuami dengan anak-anak mereka, pastinya bukan tempat buat saya.
Well, saya rasa toh akhirnya akan tiba juga saat-saat seperti ini, dimana saya mau tidak mau harus berpartisipasi dalam kegiatan kerja bakti, bukan dalam artian memberi sumbangan materi namun kerja bakti dengan arti sebenarnya yaitu menyumbangkan tenaga... dan yang paling gawat adalah saya harus ber gaul dengan bapak-bapak... arrgh.
Nyebur ke saluran got (ga tau deh ada berapa juta kuman di dalam situ), gotongin pondasi beton bekas bangunan yang beratnya subhanallah (butuh delapan org tiap beton), cangkul-cangkul...daaaaan berbasa-basi ria sesama bapak-bapak tetangga laennya sampai tengah hari ketika azan lohor mengumandang akhirnya semuanya selesai. Menyisakan bercak-bercak air got di kaus dan celana panjang, baret-baret di tangan, tapi yang utama adalah satu lagi ujian saya selesaikan hari itu untuk menjadi bapak-bapak... sigh.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home