Lúnasa 09, 2004

Letakkan buku pada tempatnya

Meletakkan buku pada tempatnya, anda mungkin tertawa mendengarnya dan bergumum memangnya buku sampah yang harus dibuang pada tempatnya. Biasa saja ya? yah memang saya rasa begitu pendapat anda setalah membaca judul postingan saya ini. memang meletakkan buku pada tempatnya bukan hal yang luar biasa, bukan begitu bukan? Bahkan anda mungkin sudah mahfum akan hal itu sejak duduk di bangku Taman Kanak. Tetapi saya ingin bertanya pada tiga dari lima orang yang sedang membaca posting ini, di mana kira-kira anda letakkan buku yang anda baca terakhir?

Banyak sekali orang yang beruntung untuk dapat membeli banyak sekali buku hingga bila tidak hilang dan dikumpulkan pada saat yang bersamaaan akan menempati ruangan dengan banyak rak-rak buku memenuhinya. Sayangnya dari sekian banyak manusia yang beruntung itu tadi hanya segelintir saja yang memahami pentingnya menempatkan buku pada tempatnya.

Menyusun buku atau menempatkan buku selayaknya, memang memiliki art penting bagi perkembangan ilmu anda, karena dengan menempatkan buku pada tempatnya berarti telah terjadi usaha untuk memanaj alam ilmu pengetahuan milik anda menjadi lebih efisien dan efektif.

Dalam dunia perpustakaan modern sistem peletakkan buku diperkenalkan oleh seseorang bernawa Dewey dengan teori persepuluhan subjeknya. Teorinya dituangkan dalam sebuah skema klasifikasi panduan bagi pustakawan dengan nama Dewey Decimal Classification. Si Dewey ini membagi ilu pengetahuan di bumi ini dalam sepuluh subjek besar dan mewakilinya dengan notasi-notasi tertentu.

Begitulah sistem penempatan buku dalam perpustakaan modern, tapi kalau anda suka membaca buku dan mencari data di internet (FYI internet juga bisa utk cari data loh, bukan hanya utk chating, blogging dan friendstering :P) maka anda pasti tahu bahwa penyusunan buku berdasarkan skema tertentu telah dilakukan jauh sebelumnya oleh ilmuwan-ilmuwan Islam, bahkan mereka juga mengeluarkan panduan walaupun masih sederhana pada beberapa abad lalu.

Sebut saja Musa Al-Almawi katanya "Buku-buku harus diatur menurut subjeknya, dan yang paling penting harus ditempatkan paling atas. Urutan berikut ini harus dipatuhi: pertama adalah Al-Quran; lalu kitab hadis sahih seperti kitab hadis Bukhari dan Muslim; selanjutnya tafsir Al-Quran; berikutnya komentar terhadap kitab hadis; disambung kitab-kitab fikih; lalu kitab ushul ad-din dan ushul fiqh; terus buku-buku tatabahasa, puisi dan ilmu-ilmu yang lain".

Sedangkan Ibn Jama'ah, tahun 1273, menambahkan saran yang lebih rinci: "Jika ada dua buku tentang subjek yang sama, maka buku yang mengandung lebih banyak Al-Quran atau hadis hendaklah ditempatkan di atas. Jika dalam hal ini keduanya sama, maka tingkat pentingnya pengarang buku tersebut mesti dipertimbangkan. Jika dalam hal itu kedua pengarang sama, maka pengarang yang lebih tua umurnya dan lebih dicari para ulama ditempatkan lebih atas. Kalaupun dalam hal ini keduanya sama, maka buku yang lebih benar penulisannya harus ditempatkan di atas."

Untuk catatan saja, saat itu buku diperlakukan seperti senjata dan kuda (karena bisa dipakai berperang) serta perhiasan pengantin, yaitu bebas pajak.

Saat ini memang menyusun buku akan agak sulit buat anda yang telah memiliki banyak sekali koleksi. Makanya buat anda yang baru saja mulai mengumpulkan bahan bacaan yang satu ini segeralah menyusunnya secara sistematis untuk membantu mengembangkan alam ilmu pengetahuan milik anda. Tetapi jangan khawatir bila ternyata bukunya terlanjur buanyaaaak cukuplah dengan "memulai" karena tanpa mulai anda hanya duduk saja dan menangisi jumlah buku anda yang rruar biasa itu....tanpa ada perubahan apa-apa...kasiaan deh.

Masalah susun-menyusun buku ini ternyata membawa berkah tersendiri bagi mahasiwa Jurusan Ilmu Perustakaan. Mereka biasa menerima proyek, atau objekan kasarnya, untuk menyusun buku lengkap dengan sampul dan label-label serta klasifikasi. Biasanya tarifnya berputar antara lima ribu sampai lima belas ribu rupiah tergantung beban kerja dan negoisasi, jadi bila ada 5000 buku maka... hitung saja sendiri.

Seperti kata saya dua paragraf di atas mulai lah meletakkan buku pada tempatnya dan mulailah mencintai koleksi buku anda. Rawatlah dengan baik karena buku ibaratnya sebuah Hard Disk tambahan untuk otak anda yang mungkin sudah sering lupa. Namuuun pesan saya jangan terlampau cinta seperti Al-Zuhri (wahat 742). Saking banyak bukunya, begitu cerita yang dikutip Ziauddin Sardar, sehingga hampir tidak tersisa ruangan di rumahnya bagi keperluan lain, ditambah lagi keasyikan mengumpulkan dan mempelajari buku merampas sebagian besar waktunya. Sampai-sampai istrinya mengeluh, "Andaikan engkau beristri empat, buku-bukumu ini lebih menjengkelkan bagiku ketimbang ketiga isterimu yang lain."

Tebak dari mana kali ini saya terinspirasi :)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home