Eanáir 13, 2004

Rindu Sunyinya Negeri Senja

Karena tidak mau dibilang ingkar janji. Posting berikut sebenarnya urung utk di publis namun karena itu tadi....tidak mau dituduh ingkar janji, setelah di edit sana sini di publish juga deh

Biasanya ketika sampai ruangan pagi-pagi sekali, saya disambut oleh suara televisi. Adalah jadwal hampir pasti sehari-hari: mantek anime sampai jam delapan pagi lalu disambung dengan Kuis Siapa Berani dan agak siang sedikit ketika kerjaan sudah mulai menumpuk disambung dengan MTV, Metro TV atau TVRI yang salurannya bocor tercampur dengan KISS FM dan bila pulang agak malam maka sempet nonton Bajaj Bajuri


Kalau tidak menghidupkan televisi biasanya sambil bekerja mendengarkan MP3 yang diambil dari komputer departemen TI, kalau tidak salah terdapat dua ribuan judul lagu. Rata-rata satu judul memakan waktu lima menit maka waktu yang dihabiskan untuk mendengarkan semuanya adalah sepuluh ribuan menit atau sekitar enam sampai tujuh hari nonstop.

Tetapi ada kalanya saya pusing dengan semua itu, walaupun nikmat ditemani musik dan televisi sambil bekerja. Saya butuh saat dimana tidak ada suara sama sekali, mungkin yang namanya suara mirip dengan makanan kali yah, kalau sudah cukup banyak makan yang masuk ke perut maka bila diteruskan akan menjadi penyakit.

Ngomong-ngomong soal sunyi, saat seperti itu yang paling nikmat pernah saya rasakan adalah ketika jaman kuliah dulu sekali-kalinya ikutan naek Gunung Gede, di puncaknya sampai detik ini belum pernah saya merasakan kesunyian seperti itu.

Di Jakarta sudah semakin sulit deh menemukan kesunyian seperti itu, dulu sampai dengan kelas empat SD ketika jam sebelas malam (atau bahkan jam sembilan) masih bisa terdengar suara kereta api dari daerah Klender sana, padahal jarak rumah saya dengan jalur kereta tersebut hampir dua kilo. Entah karena semakin banyak bangunan antara rel kereta dengan tempat tinggal saya atau memang semakin hingar bingar saja Jakarta, pokoknya sekarang sudah nggak mungkin deh dengar lagi suara khas kereta malam.

Bahkan jaman dahulu menurut bapak saya yang lahir dan besar di Kutuarjo Jawa Tengah ketika malam bisa terdengar suara debur ombak pantai yang jaraknya lebih dari lima kilo. Hilangnya suara kejauhan tersebut mengingatkan saya pada sebuah ramalan, tepatnya entah gimana tapi ada hubungannya dengan semakin susahnya mendengar suara dari kejauhan dengan kiamat....ah tapi itu khan cuman ramalan jangan dipercaya bisa syirik kalau anda percaya.

Rindu sunyi tampaknya juga menimpa seorang sahabat blogger, katanya dia akan menghapus fasilitas Shout Box dan Comenting System dari blognya. Jadi praktis nggak ada lagi orang yang bisa kasih komentar. Padahal biasanya satu tulisan yang dia posting hasilnya lebih dari dua puluh komentar, dan kalau tidak salah hitung seharinya paling tidak sepuluh sampai lima belas orang berpartisipasi pada fasilitas shout box kepunyaannya.

Semakin tidak jelas seperti itu alasan yang saya tangkap, memang sebahagian besar orang yang memberi komentar jauh dari topik yang dia tulis. Tapi ya memang harus begitu karena namanya juga internet, semua orang bisa akses tapi nggak bisa dari semuanya itu seperti yang kita mau, paling tidak akan lebih sering komentar hai pa khabar? dan halow lam kenal atau nice blog euy muncul dibanding tentang tulisan yang mungkin telah menguras fikirannya. Mungkin saat seperti ini kesunyian akan terasa lebih nikmat, jadi saya rasa nggak ada salahnya bila fasilitas tersebut dicabut, agar kembali refresh. Namun berani taruhan setelah beberapa saat nantinya akan kembali rindu dengan sapaan Hoi ke mana aja?.....kangen nih!

Selamat menikmati sunyi dek senja! tempat kamu khan sudah di ujung dunia sana jadi nggak susah khan cari-cari sudut yang paling sunyi :)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home