Senyumku tangismu
Saya kira saya sudah merasakan semua hinaan dan cercaan terhadap porfesi pustakawan selama kuliah dan akhirnya menjadi pustakawan. Saya pernah, sering malah, mendengar pertanyaan kerjanya apa? kok mau sih jadi pustakawan? atau yang paling parah adalah loh memang ada kuliahnya? (maksudnya apa ada gitu universitas yang repot-repot mengadakan pendidikan untuk perpustakaan, bahkan sampai s2). Semuanya pertanyaan dan sindiran di atas adalah hal biasa bagi kami para begawan informasi (nama lain pustakawan) semakin lama semakin biasa dan anggap sebagai angin lalu.
Tetapi itu semua ternyata tidak berhenti di situ saja, saya rasakan derajat terendah selama menjadi pustakawan ketika beberapa hari lalu mampir ke Kantor Urusan Agama Kecamatan Makasar Jakarta Timur untuk mengurus beberapa surat, mata saya tidak sengaja, namun sebenarnya sengaja atau tidak sengaja tetap akan terlih, sebuah lemari ukuran dua kali satu meter di bawah tangga dengan beberapa buku di dalamnya ditempelkan secarik kertas dengan tulisan PERPUSTAKAAN...yaiks!.
Antara telah ditemukan teknologi terbaru mirip kantong ajaibnya doraemon dimana perpustakaan plus pustakawaannya (mungkin dengan badan sebesar saya) dapat muat dalam satu lemari, atau ada orang bodoh memimpin kantor tersebut yang tidak tahu arti perpustakaan?...mungkin yang kedua ya.
Hmm....mau geram atau marah sekalipun sepertinya tidak ada bedanya saat itu karena toh apa yang harus di debat? Apakah saya harus datang ke pemimpin KUA dan prostes atas kesalahpahaman bapak terhadap perpustakaan? Rasanya tindakan paling jauh yang akan dilakukan adalah mengganti tanda itu. Yah mungkin dilepas tanda perpustakaannya jadi yang tertinggal hanyalah sebuah lemari di bawah tangga dengan beberapa buku saja di dalamnya, jadi mana pilihan saya diam saja dan membiarkan atau protes dengan resiko seperti di atas?...setelah saya pikir-pikir kayaknya sudah bagus ada kata perpustakaan deh. Sekarang hanya lemari dengan beberapa buku di dalamnya memang....tapi mungkin saja sebulan atau dua bulan ke depan sudah menjadi yang sewajarnya...in my dream only.
Kalo diurut lagi lebih dalam pasti alasannya klise deh...dana dana dana. Yah udeh jamak deh, jangankan kantor sekelas Kecamatan seperti itu untuk tingkat daerah tingkat satu atau bahkan lebih tinggi, masih urutan ke limu puluh sekian untuk perpustakaan....so udeh untung ada tanda perpustakaannya bukan? Sisi baiknya lagi saya mendapatkan lagi satu contoh gaya pelecehan terhadap profesi pustakawan.....::sigh::
Selamat tahun baru para pustakawan !
0 Comments:
Post a Comment
<< Home