Feabhra 27, 2008

Buku bukan Film, E.S Ito Tahu itu...


Apa yang membedakan antara film dan buku? yang sudah-sudah bila sebuah film diangkat dari novel maka kesan pembacanya tehadap film tersebut hanya menuai kekecewaan, begitu banyak hasil citra imajinasi para pembaca namun hanya ada satu citra imajinasi hasil sebuah film...ya, milik Sang Sutradara sendiri. Sebaliknya, dalam film penonton disajikan citra yang begitu gamblang hingga kadang-kadang apa yang menjadi kejutan dalam bukunya hanya menjadi penampilan biasa saja bagian dari film tersebut.

Sampai dengan setengah jalan cerita dari "Rahasia Meede : Misteri Harta Karun VOC" setebal 675 halaman saya masih mereka-reka siapa sebenarnya tokoh utama dalam Novel karya kediua E.S Ito ini. Begitu banyak tokoh-tokoh baru bermunculan kadang tautan kisah tiap tokoh terpaut sangat jauh hingga beberapa bab dan nyaris membuat saya lupa akan keberadaannya. Buku memang bukan film, bila dalam film sudah biasa memunculkan banyak tokoh dari bintang utama sampai ratusan figuran, buat saya begitu banyak tokoh dan nama dalam satu buah novel menjadikan hari-hari saya limbung.

Namun ternyata di situlah kelicikan (atau bisa saya bilang kecerdasan) E.S Ito, memanfaatkan kelemahan buku yang tidak mungkin bisa ditampilkan dalam film. Banyaknya tokoh dan nama ternyata adalah sebuah cabang-cabang dari sebuah pohon yang baru pada bab-bab terakhir terlihat bentuk sempurna-nya....untuk itu saya tidak memaafkan E.S Ito karena sampai dengan sekitar 300-400 halaman dia membuat saya dongkol akan banyaknya tokoh yang muncul dalam novel ini.

"Rahasia Meede : Misteri Harta Karun VOC" bercerita tentang (menurut saya) keabsurdan Kota Jakarta dari imajinasi E.S Ito. Jakarta buat dia serumit Kota Venesia yang menyimpan jutaan misteri dalam tiap sudutnya bahkan sampai ke dalam tanah menyeruak setiap catatan sejarah. Kisah tentang kepiawaian E.S Ito merangkai setiap simpul-simpul sejarah Indonesia. Lebih spesifik tentunya tentang sejarah kolonialisme, VOC dan Batavia atau Jakarta menjadi sebuah kisah utuh dengan emas peninggalan VOC menjadi benang merahnya.

E.S Ito memang penggila sejarah namun bukan berarti dalam "Rahasia Meede : Misteri Harta Karun VOC" anda harus tidur ketika halaman pertama dibuka. Pengetahuannya akan meramu sejarah dalam novelnya untuk dicerna oleh penikmat novel fiksi sejarah sungguh luar biasa. Hampir-hampir saya menjulukinya dengan "Maniak Sejarah" kalau saja dalam ucapan terimakasih novel tersebut E.S Ito tidak menyebut sebuah nama yang sangat familiar buat saya....Agung Pribadi.

Alumni Fak Sastra Univ. Indonesia Jurusan Sejarah angkatan 1992, Agung Pribadi untuk banyak orang termasuk saya tidak lagi diragukan kepiawaiannya dalam Sejarah Indonesia. Oleh karena itu cukupklah saya sebut E.S Ito sebagai Penggila Sejarah, karena dibutuhkan Agung Pribadi ditambah E.S Ito dalam seseorang untuk disebut Maniak Sejarah Indonesia :)

Dalam "Rahasia Meede : Misteri Harta Karun VOC" seakan-akan kita dipaksa melihat sisi lain dari sejarah Indonesia yang telah merasuk dalam kepala kita selama ini. Bagaimana dia merangkai fakta-fakta sejarah yang buat kebanyakan orang adalah potongan-potongan terpisah, menjadi sebuah mozaik indah berwarna-warni keemasan. Dimulai dari terbentuknya VOC sampai dengan bayangan kelam reformasi yang tidak seindah harapan kebanyakan penghuni Negara Indonesia.

Disamping ketakjuban saya akan "Rahasia Meede : Misteri Harta Karun VOC" ada beberapa catatan kecil yang mengganjal. Salah satunya adalah kerangka yang ditemukan oleh tiga orang peneliti Belanda dalam terowongan di bawah Kota Jakarta, mereka berdebat tentang siapa sebenarnya identitas kerangka tersebut semasa hidupnya.

Lucunya tidak ada satupun dari tiga peneliti Belanda tersebut yang berinisiatif memeriksa kantong kerangka tersebut apa susahnya sih mencari dompet dan melihat dalamnya, kecuali bila kerangka tersebut tidak berpakaian alias telanjang, namun bila memang telanjang harusnya E.S Ito tidak luput menyebutnya.

Kenapa saya meributkan soal kerangka tersebut, karena di akhir cerita ternyata keberadaan kerangka dalam terowongan tersebut menjadi kunci terbongkarnya salah satu tokoh jahat dalam "Rahasia Meede : Misteri Harta Karun VOC".

Lantas, mengenai Attar Malaka salah satu tokoh utama novel ini, untuk kebanyakan orang mungkin tidak begitu penting namun untuk saya yang alumni Jurusan Ilm Perpustakaan akan sedikit geleng-geleng kepala. Karena Attar disebutkan lulusan Jurusan Ilm Perpustakaan yang pernah bekerja di Arsip Nasional. Itulah, biasanya yang bekerja di Arsip Nasional bukan dari Jurusan Ilmu Perpustakaan namun dari Jurusan Kearsipan, mungkin kami memang berada dalam satu fakultas bahkan dosen-dosennyapun hampir-hampir tidak berbeda, namun Kearsipan dan Perpustakaan adalah dua hal yang berbeda.

Masih ada hubungannya dengan paragraf di atas, apabila anda terkagum-kagum dengan Kalek (juga nama seorang tokoh) akan pengetahuan sejarahnya. Maka saya tidak akan heran....alumni "Jurusan Ilmu Perpustakaan" gitu loooo dari mana lagi akses informasinya yang hampir-hampir seperti perpustakaan berjalan dia dapat kalo bukan pustakawan sejati :D

Akhirnya saya hanya bisa bilang buku ini sangat direkomendasikan untuk anda yang mencintai fiksi sejarah. Mungkin di sana-sini ada kejanggalan kecil yang membuat anda mengernyitkan dahi pecinta kisah detektif ala Sherlock Homes. Namun menurut saya masih bisa dimaafkan karena rasa ingin tahu bagaimana sejarah Indonesia dari sisi E.S Ito diterjemahkan sungguh luar biasa. Membuat anda ingin ikut meneriakkan "Darah untuk darah dan debu akan menutupi kuburan mereka....!!"

--------------------------------------------------------
Baca juga review lainnya dari
Kutu Buku.com
Q Reviews

0 Comments:

Post a Comment

<< Home