Deireadh Fómhair 23, 2007

Dari Mudik ke Jalan-Jalan...



Bapak saya termasuk yang memiliki pengalaman cukup unik dengan benda broda dua dan bertenaga betis ini. Bukan karena beliau kolektor sepeda atau aktifis B2W namun karena usianya memaksa dia berinteraksi dengan beberapa sepeda yang sekarang dikenal dengan sepeda-sepeda antik.

Kerap kali bapak bercerita tentang bagaimana sepeda merk reliegh sepeda yang sudah paling top zaman penjajahan Belanda memiliki bunyi khas, terdengar seperti bunyi besi jeruji beradu .... tek...tek...tek..., sangat khas sekali. Biasanya pemilik sepeda menurut bapak saya saat itu adalah keluarga terpandang, sedangkan pemilik kendaraan bermotor hampir bisa dibilang tidak ada.

Eh tidak selalu begitu sih, pernah ada juga menurut bapak saya, keluarga Pak Mantri memiliki
kendaraan bermotor lebih tepatnya sepeda onthel yang di kasih semacam mesin untuk memberikan tenaga tambahan. Mungkin bila anda pernah melihat sepeda listrik zaman sekarang tidak berbeda jauh bentuknya.

Sepeda sendiri sebenarnya tidak memiliki perubahan pentuk yang terlalu signifikan sejak pertama kali dikenalkan ke tengah-tengah masyrakat pada tahun 1790 di Inggris. Cikal bakal sepeda ini diberi nama Hobby Horses dan CeleriferesKeduanya belum punya mekanisme sepeda zaman sekarang, batang kemudi dan sistem pedal. Yang ada hanya dua roda pada sebuah rangka kayu.


Hanya saja dalam perkembangannya sepeda ditambahkan mekanis khusus yang menghubungkan roda dengan sebuah mekanis yang digerakkan oleh tenaga betis. Mekanis tersebut dikenalkan Baron Karl Von Drais. Hanya saja mekanis tersebut tidak dihubungan dengan rantai, namun tepat berada di roda depan. Proses penciptaan selanjutnya dilakukan Kirkpatrick Macmillan. Pada tahun 1839, ia menambahkan batang penggerak yang menghubungkan antara roda belakang dengan ban depan Draisienne. Untuk menjalankannya, tinggal mengayuh pedal yang ada.

James Starley mulai membangun sepeda di Inggris di tahun 1870. Ia memproduksi sepeda dengan roda depan yang sangat besar (high wheel bicycle) sedang roda belakangnya sangat kecil. Sepeda jenis ini sangat populer di seluruh Eropa. Sebab Starley berhasil membuat terobosan dengan mencipta roda berjari-jari dan metode cross-tangent. Sampai kini, kedua teknologi itu masih terus dipakai

Sepeda sendiri, khususnya sepeda onthel kerap kali memiliki nilai romantika sejarah yang tidak remeh di Indonesia. Lihat saja banyaknya foto-foto perjuangan yang di dalamnya terdapat sepeda onthel. Dalam adegan film perjuangan "Doea Tanda Mata" yang dibintangi okeh Alex Komang memasukkan adegan kejar-kejaran dengan sepeda onthel ditengah hujan deras. Saat inipun bertebaran para pecinta sepeda dari sepeda kuno/antik sampai sepeda modern yang tangguh di bawa ke Gunung Kelud sekalipun (asal ga kena lahar).

Saya sendiri memiliki sejarah yang juga cukup panjang dengan kendaraan satu itu. Pertama kali kenal sepeda ketika TK, sudah mampi mengendari sepeda mini kakak saya padahal teman-teman sebaya masi menggunakan sepeda kecil, bahkan beberapa dengan roda bantuan di kiri dan kanan roda belakang. Ketika SD bahkan sempat menjelajah dengan sepeda kesayangn sampai dengan puluhan kilometer dari rumah jauhnya. Pulang-pulang langsung ibu saya menunggu dengan muka antara cemas dan marah.

Sampai SMA kelas satu saya masih membawa sepeda sebenarnya ingin meneruskan namun ejekan teman-teman semakin jadi hingga akhirnya saya memilih jalan saja atau naik angkot bila ada uang menuju sekolah.

Antara saya, sepeda dan bapak terjalin sebuah ikatan emosional, kenanagn indah masa kecil dan keperkasaan seorang bapak di mata saya. Saya ingat dulu bapak saya begitu cekatan membenahi sepeda saya yang rusak. Bahkan sampai sekarang saya masih ingat bagaiman dulu bapak mendorong dari belakang sepeda hingga akhrinya saya belajar tentang keseimbangan. Bapak saya juga yang pertama kali surprise saya sudah bisa mengendari sepeda mini kakak saya padahal baru beberapa hari belajar sepeda.

Saya rasa yang terjadi saat itu lebih dari proses penularan keahilian bersepeda dari bapak ke anaknya. Namun lebih dari itu sebuah jalinan tali kasih yang semakin diperkokoh dan masing-masing saling mempelajari karakter si pemberi ilmu, bapak saya, dan penerima ilmu, saya sendiri. Sebuah proses yang indah sekali....

Bagaimana dengan anda ?



Sumber
Tentang Sepeda Reliegh = http://sepeda.wordpress.com/2007/05/25/raliegh-pak-dhe/
Sejarah Sepeda = http://www.sinarharapan.co.id/feature/hobi/2002/102/hob2.html

0 Comments:

Post a Comment

<< Home