Setiap 2 Menit 2 detik
Tadi malam hujan masih saja turun walau tinggal sedikit-sedikit menyisakan gerimis sejak maghrib tadi. Sudah seminggu ini hujan tiba-tiba mengamuk datang bersama temannya yang bernama angin dan petir. Padahal bulan Mei hampir saja tiba, namun tanda tanda kemarau masih belum saja kelihatan, tidak saja kemarau bahkan pancarobapun masinh enggan menunjukkan sedikit saja sinyal.
Kami, saya dan isteri, baru saja sampai di rumah setelah satu jam nekad menembus hujan yang tampaknya enggan berhenti antara kebayoran-kalimalang. berharap nanti setelah sampai di timur Jakarta akan lebih kering. Namun kami salah bahkan sampai di depan rumah harus rela badan terasa basah tertembus gerimis yang kadang kencang kadang pelan membuat saya enggan memacu motor.
Hujan masih saja terdengar, mengetuk-ngetuk seng atap bekas warung rumah tetangga meramaikan irama yang biasa ditimbulkan olehnya. Isteri saya masih di kamar mandi membershikan badannya yang masih saja setengah basah walau sudah memakai mantel sepanjang jalan. Saya merapatkan diri di bangku kecil depan rak buku mencuba mengambil bacaan. Ah, tapi kok badan rasanya tidak bisa diajak kompromi sementara irama rerintikkan hujan dan panggilan tempat tidur membuat kepala ini semakin berat.
Pernah dengar, di Jakarta rawan itu sama dengan aman? Sepertinya kalau dibaca-baca, dengar-dengar dan dilihat-lihat maksud saya baca baca di koran denger di radio dan lihat di televisi yang namanya berita kriminal seperti ga ada habis-habisnya. Tidak usah dibahas jenis kejahatan atau kekerasan yang pernah ditayangkan dalam media, hampir semua ada bahkan untuk yang orang tua kita belum pernah dengar atau bayangkan. Membuat saya bersyukur pada Allah SWt setiap kali tiba di depan pintu rumah dalam keadaan masih utuh setlah seharian berada di luar.
Sudah sepatutnya memang kita bersyukur apabila klita dan anggota keluarga tiba di rumah dalam keadaan aman, Alhamdulilah begitu semestinya apa yang pertama kali diucapkan setalah tentunya mengucap salam. Mengingat di rumah adalah tempat yang paling aman buat sebagian besar orang walau tidak dipungkiri yang namanya kejahatan bisa saja terjadi di lingkungan paling pribadi kita ya rumah kita itu. Berapa banyak perampok menyatroni rumah-rumah penduduk dan mengambil hak-hak pemiliknya,....bahkan nyawanya. Namun paling tidak, ketika kita sampai di rumah alhamdulillah kita terhindar dari kejahatan yang kerap kali lebih sering terjadi di luar sana.
Kenapa harus bersyukur? karena dalam 24 jam tahukan anda berapa kali jiwa kita terancam....lebih dari 480 kali!! Tidak percaya? data tersebut saya ambil dari BPS (www.bps.go.id) yang mengatakan bahwa pada tahun 2005 selang waktu kejahatan yang terjadi di Indonesia rata-rata adalah per 2 menit 2 detik. Padahal itu dua tahun yang lalu bagaimana dengan sekarang? tentunya lebih meningkat lagi karena kecendrungan selang waktu kejahatan dari tahun ketahun semakin rapat saja. Namun untuk kita yang tinggal di Jakarta boleh sedikit lega karena selangw aktu di Jakarta masih lebih lama dibanding rata-rata kejahatan di Indonesia pada umumnya, yakni sekitar per 9 menit 05 detik artinya dalam 24 jam resiko anda terkena tindak kejahatan hanya 160-an kali.
Saat-saat seperti itu membuat saya berfikir bahwa begitu rentannya diri ini, bahkan walaupun selama ini saya merasa aman-aman saja ketika keluar rumah untuk bekerja. Begitu banyak musibah yang menunggu di sana bahkan untuk sebuah kejadian yang mungkin tidak pernah terfikirkan sebelumnya. Membuat saya (kembali) mencoba untuk berserah diri karena kerap kali membaca bismillah saja lupa ketika keluar rumah. Coba simak doa keluar rumah ini :
سْمِ اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.
Bismillahi tawakaltu ‘alallahi laa haula walaa quwwata illa billah
“Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada Allah. Tidak ada daya dan kekuatan selain dari Allah.” (H.R. Abu Daud, tirmidzy dan Nasai )
Memang begitu seharusnya, menyerahkan diri seluruhnya pada sang pencipta karena seorang manusia tidak ada kuasa pada se-besar apa-pun harta yang dia miliki bahkan nyawa yang ada dalam tubuhnya. Tidak aneh memang bila sebelum berusaha doa dan berserah diri adalah sebuah awal. Namun bila setelah berusaha dan berdoa telah dilakukan musibah tetap terjadi maka saat itu saatnya untuk berkata
"Inna lillahi wa inna ilahi raji’un"
----------------------------------------------
- Saya (yang akhir-akhir ini sedang merasa "jauh") berusaha menasehati diri sendiri
- Data statistik ren/waktu kriminal
0 Comments:
Post a Comment
<< Home