Márta 05, 2007

Peter Sander, Motret Mengikuti Keinginan Hati




"Fotografi adalah mengikuti keinginan hati" begitu kata Peter Sander seorang fotografer Mu'alaf ketika diwawancara oleh Majalah Gatra (Edisi 16 Tahun 2007) Lebih lengkapnya juga masih dalam wawancara tersebut Peter Sander menjelaskan bahwa fotografi adalah proses indah, berkah dari Tuhan, seperti mengejar momen, menangkap burung saat terbang.

Lahir pada tahun 1946 di London Mulai berkarir dalam dunia fotografi pada pertengan tahun 60-an. Saat itu fotografi yang sedang ngetrend adalah mengabadikan bintang-bintang musik terkenal. Begitu juga dengan Peter Sander yang sempat mengabadikan antara lain Bob Dylan, Jimi Hendrix, The Doors dan Rolling Stones. Kejenuhan akan objek yang itu-itu saja dan persepsinya akan fotografi akhirnya membawa dia pada sebuah perjalann "spritual" ke India. Perjalanan tersebutlah yang pada akhirnya mengenalkan Peter Sanders pada dunia Islam. dunia yang mempesonanya dan setelah kembalinya dari perjalanan tersebut dia mempertaruhkan semua yang telah dibangunnya selama ini dan menjadi seorang muslim dan diberi nama Abd al-Adheem (Abdul Adzim).

"Having photographed almost every famous person in the music industry I got bored and started getting in to spritual things. I just wanted something else, and so I decided to go to India. I packed everything up and went, looking for a teacher. Eventually I found one, who was basically a Hindu but had a lot of what we consider 'Muslim Qualities'. I studied with him for about six months and when I cam back to England, some of my friends had become Muslim. Then there were other friends who had gotten heavy into drugs and alchohol. It was as if God was saying to me, 'which direction do you want to go?'.

Saat itu usianya masih 24 tahun dan tidak mengetahui banyak tentang Islam, tetapi beberapa kejadian dalam mimpinya membuat dia semakin yakin untuk memeluk agama Islam. Tiga bulan setelah menjadi muslim walaupun tidak memiliki uang Peter Sanders memutuskan untuk berhaji, karena gurunya yang dituakan saat itu juga akan pergi haji. Rejeki Allah SWT memang tidak akan lari ke mana, bagi yang telah dipanggil untuk berhaji. Seseorang memberikan Peter tiket ke Mekah, dan saat itu juga dia langsung melakukan perjalanan yang tidak semua muslim sanggup melakukannya.

Tahun 1971 saat itu mengambil gambar di Mekah dan Ka'Bah pada khususnya dan lokasi lain di Arab Saudi sangat sulit, namun Peter Sander mendapatkan izin untuk merekam berbagai momen dan "sudut" Ka'bah. Saat itu mengambil gambar di Ka'bah dan seputarnya saja sudah sulit apalagi untuk seorang kulit putih seperti Peter Sander, yang dengan keuletannya dia mendapatkan izin dari orang yang tepat dan dipandang di Arab Saudi saat itu. Gambar-gambar yang diambilnya di muat di Sunday Times Magazine, The Observer, dan banyak majalah terkenal lainnya yang menghargai foto-foto karya Peter.

Mulau detik ketika menjadi Muslim. Peter Sander banyak mengabadikan objek dan momen yang berbau Islam salah satu karyanya yang saat ini terpajang di Aula Universitas Paramadina berjudul "A Mass for Peace". Momen yang saat itu dia dapatkan ketilka mengikuti pentas musik di Katedral Salisbury, Inggris. Seperti yang dijelaskan dalam Majalah Gatra 'Kor menyanyikan lagu "The Armed Man : A Mass for Peace, requiem" karya komposer "Karl Jenkins. Saat jeda hening, seorang berwajah Arab bangkit melangkah, Ia berdiri di antara bangku katedral yang dipenuhi jemaat. Kedua tangannya menutupi telinga. Kepalanya mendongak, sejurus kemudian, pria itu, Imran Golding, direktur sebuah lembaga pendidikan Islam, melantunkan azan. "Klik" pada momen itu Peter Sanders memotret.

Peters Sanders yang sampai saat ini masih suka mendengarkan Bob Dylan, berencana melalang ke Cina merekam peninggalan komunitas Muslim di sana. Katanya : "When the Arabs first travelled to China nearly 1,400 years ago, they were not introducing an alien culture to an already long- established civilisation. In fact they called their Islam 'The Way of the Pure', a name and an ideal that did not conflict with the Confucian beliefs which were prevalent in China at the time. In fact their early mosques looked like Chinese temples and pagodas and the same style is still in use today." At a time when Islam is perceived as a threat to Western culture -- its values widely regarded as fundamentally contrary to Western values -- it is well to find someone, a Westerners, aware enough to point out that, "The Muslims of China were masters of integration and diplomacy."

Sukses ya Pak Peter Sanders, yang saat ini sedang berada di Indonesia. Semoga dalam fotografi anda telah menemukan apa yang menjadi pencarian anda sebelumnya. Amin

NB : Sayang saya tidak mendapatkan foto "A Mass for Peace" dari internet. Bagi anda yang penasaran bisa melihatnya di Majalah Gatra ed 16 tahun 2007 halama 63 atau datang saja langsung ke Aula Univ Paramadina, Jakarta

NB2 : NB : Alhamdulillah atas kebaikan Pak Aryo, sohib saya pustakawan Gatra akhirnya saya mendapatkan foto "A Mass for Peace"


Sumber

Al Ahram artikel tentang Peter Sander
Salam artikel tentang Peter Sander
Site Pak Peters Sanders
Gambar dari sini

0 Comments:

Post a Comment

<< Home