Gempa Padang versus Garuda Yogyakarta : survey iseng-isengan
Baru saja minggu lalu ketika dua musibah terjadi di Indonesia, pertama adalah musibah alam gempa di Sumatera Barat yang sampai tulisan ini saya buat telah memakan korban meninggal. menurut Kementerian Koordinator Bidang Ksejahteraan Rakyat mencapai 35 orang dan ribuan lainnya lagi luka-luka Sedangkan menurut Tempo yang sumbernya diambil dari para Bupati dan Camat korban tewas Gempa Padang paling tidak mencapai 66 orang . Belum lagi yang sifatnya material milyaran rupiah dipastikan telah melayang bersama banguan dan fasiltas yang runtuh
Padang Post, koran terbitan Sumatera Barat menyinggung bahwa paling tidak Nilai kerusakan fisik bangunan pemerintah dan warga di Kota Padangpanjang akibat gempa 6,2 SR Selasa (6/3) lalu mencapai Rp 146,1 miliar. Untuk merenovasi butuh biaya Rp 166,7 miliar, kurang sedikit dari APBD 2007 kota itu sekitar Rp220 M. Sungguh kerugian yang tidak sedikit.
Sehari setalah gempa di Padang, Pesawat Garuda bernomor GA-200 jatuh di Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta. Peristiwa tersebut memakan korban 22 orang baik WNI maupun warga asing (Australia) . Termasuk yang menjadi korban adalah mantan rekor UGM dan beberapa staff keduataan Australia. Sedangkan Pak Din Ketuan PP Muhammadiyah ikut menjadi korban namun luput dari maut. Berapa kerugian material yang ditanggung Garuda masih masdih kurang jelas namun untuk gambaran saja harga sebuah pesawat Boeing seri 737-400 barunya adalah sekitar 44 juta dolar Amerika atau sekitar Rp. 396 miliar. Namun tidak diketahui Garuda membeli pesawat tersebut dalam kondisi baru atau seken.
Dua berita musibah di atas membuat saya sedikit tergelitik bagaimana sorotan masyarakat virtual kita menyorotinya. Yang di maksud dengan masyakarat virtual bukan saja perorangsan atau komunitas tertentyu, namun pokoknya yang memuat beberapa kaya kunci yang saya gunakan dalam google dalam mencari dua topik di atas. Yah, namanya juga iseng-iseng jadi alat pencarian saya batasi di Om Gugel saja, selain Om satu itu udeh cukup terkenal dengan banyaknya data tersimpan di dalamnya juga saya cukup familiar dengannya.
Kata-kata kunci yang saya gunakan adalah : Gempa padang; Garuda Yogjakarta; Korban Gempa Padang; Korban Garuda Yogjakarta; garuda yogyakarta 2007 dan terakhir gempa padang 2007. Pencarian dilakukan di web yang berasal dari Indonesia dan web yang juga berasal; dari luar negeri.
Dari iseng-iseng tersebut maka hasil yang saya dapatkan adalah
Sekitar 156,000 hasil penelusuran untuk gempa padang.
Sekitar 539,000 hasil penelusuran untuk garuda Yogjakarta.
Sekitar 80,700 hasil penelusuran untuk korban gempa padang.
Sekitar 82,300 hasil penelusuran untuk korban garuda yogyakarta.
Sekitar 403,000 hasil penelusuran untuk garuda yogyakarta 2007
Sekitar 110,000 hasil penelusuran untuk gempa padang 2007
LAMAN WEB DARI INDONESIA
Sekitar 87,200 hasil penelusuran untuk gempa padang
Sekitar 188,000 hasil penelusuran untuk garuda Yogjakarta
Sekitar 47,900 hasil penelusuran untuk korban gempa padang
Sekitar 67,900 hasil penelusuran untuk korban garuda yogyakarta.
Sekitar 109,000 hasil penelusuran untuk garuda yogyakarta 2007
Sekitar 54,900 hasil penelusuran untuk gempa padang 2007.
Dari penelusuran tampaknya Gempa di Jogja lebih sedikit di sorot oleh masyarakat virtual dibandingkan gempa di Padang. Padahal walaupun dari segi material masih lebih "sial" Garuda dibanding warga Padang, korban jiwa baik luka-luka maupun kehilangan nyawa lebih masive Padang di banding Garuda.
Kenapa? itu dia yang penting. Kenapa oh kenapa.... bukan saya menuduh masyarakat virtual khususnya media massa tidak adil dalam meliput dua bencana yang terjadi dalam waktu yang hampir bersamaan tersebut. Namun tentunya perhatian media baik internet maupun cetak atau non internet lainnya membuat masyarakat luar akan semakin terbuka pada kejadian yang menimpa saudaranya. Tentunya itu ada hubungan langsung dengan bantuan-bantuan yang harusnya mengalir pada lokasi yang tepat.
Analisa saya adalah dramatisnya kejadian jatuhnya Garuda membuat media maupun masyakarat virtual teralihkan. Memang, baik gempa Padang maupun Garuda memiliki rekaman video (yang di putar di metro misalnya). Dua rekaman yang bersaing tersebut adalah kepanikan korban gempa pada sebuah RS di Padang, dan sesaat setelah pesawat jatuh yang direkam oleh Wayan, reporter Australia. Dari sisi nilai visual, tentuinya lebih dramatis kejadian Garuda di mana melibatkan api, ledakan dan bahkan beberapa korban yang sempat terekam dengan kondisi yang cukup mengkhawatirkan. Dibandingkan dengan video RS Padang yang hanya berisi orang-orang panik berlarian.
Belum lagi, bobot berita di mana dalam pesawat Garuda menewaskan tokoh terkenal seperti mantan rektopr UGM dan juga Pak Din Syamsuddin (yang alhamdulillah selamat) di tambah meninggalnya mertua Pak Din yang secara tidak langsung akibat musibah yang di alami Pak Din di Yogja.
Belum lagi lokasi kejadian musibah yang mana satunya berada di Pulau Sumatra sedangkan satunya lagi di Pulau Jawa. Memang sekarang kejadian di mana saja dapat di siarkan segera berkat kemajuan lokasi. Namun jelas bahwa lokasi jatuhnya Garuda yang lebih dekat dengan pusat kekuasaan bahkan pusat segalanya di Indonesia lebih mencuri perhatian baik media maupun masyarakat virtual.
Pertanyaan kedua adalah, apakah pencarkan iseng-iseng saya di Om Gugel yang mana mencerminkan ketimpangan adalah sebuah masalah? saya menunggu komentar anda untuk menjawabnya.
SUMBER
MENKOKESRA rincian korban
Korban Gempa Padang menurut Tempo
Kerugian materil Padang Post
Harga Boeing 747-400
Gambar dari Kompas dan planecrash.com
0 Comments:
Post a Comment
<< Home