Antara Nini Anteh dan Rx-2530
Mana yang lebih hebat, Nini Anteh atau Roket buatan LAPAN (Lembaga Penelitian Antariksa) Type Rx-2530? Jawabannya adalah Nini Anteh, karena dia sudah sampai di Bulan sedangkan Roket RX-2530 baru mencapai ketinggian100-400 km saja (belum sampai orbit), bahkan tanpa awak manusia di dalamnya, dan sementara Nini Anteh hanya berkendaraan Andong, LAPAN membutuhkan energi dan teknologi antariksa untuk mencapai orbit. He he he :)
Untuk anda yang berasal dari tanah pasundan tentunya (seharusnya) sudah akrab betul dengan Nini Anteh maupun Roket RX-2530. Nini Anteh adalah legenda Sunda bercerita tentang seoarang nenek yang tinggal di bulan dan merajut adalah kesibukannya. Sedangkan Roket RX-2530 jenis roket ilmiah roket zona ionosfer buatan LAPAN yang pada tahun 2004 lalu di ujicoba di Pamengpeuk Jawa Barat.
Saat ini Indonesia berencana mengejar ketertinggalannya dibanding beberapa negara di Asia yang telah lebih dahulu menguasai teknologi roket. Sebut saja India yang saat ini telah memiliki roket Polar Sattelite Launch Vehicle (PSLV) yang dapat mengangkut dua satelit sekaligus, Cina bahkan menjadi negara ketiga setelah Rusia dan Amerika yang dapat mengirimkan manusia ke orbit.
Indonesia sendiri sebenarnya bukan baru-baru ini saja mengembangkan roket, pada 14 Agustus 1964 Indonesia berhasil meluncurkan roket bernama Kartika I yang hanya disiapkan dalam waktu tujuh bulan saja dengan bobot 220 kg. Saat itu Indonesia adalah kedua di Asia-Afrika setelah Jepang yang mampu mengembangkan roket. (Koran Tempo, 19 Mei 2005).
Namun sayangnya sejak itu pengembangan teknologi roket buatan kita seperti terhenti begitu saja, atau bilapun ada tidak mengalami kemajuan berarti seperti India, Pakistan dan bahkan Palestina yang sedang dalam keadaan perang masih bisa mengembangkan roket yang efektif.
Sedikit tentang roket buatan saudara kita di Palestina. Adalah rudal Al Qassam yang menghebohkan, mengejutkan penjajah Yahudi dengan kemajuan yang tidak pernah mereka sangka-sangka. Teknologi Rudal Al Qassam dikembangan oleh Yahya Al Guhl ketua sayap teknologi al Qassam bidang produksi senjata. Al Ghul juga telah mengembangkan senjata meriam anti kendaraan lapis baja, yang pertama adalah roket al bana. Keberhasilan ini kemudian disusul dengan peluncuran roket al battar dan rudal al qassam. Hasil kreasi terakhirnya adalah roket yasin, yang merupakan jenis moderasi dari senjata RPG buatan Rusia.
Roket itu sendiri awalnya dikembangkan oleh Orang Cina pada tahun 300 sebelum masehi menggunakan bubuk mesiu sebagai sumber tenaga penggeraknya. Awalnya roket yang dikembangka bansa Cina adalah untuk tujuan hiburan semata atau yang kita kenal sekarang mirip dengan petasan Jangwe. Sampai akhirnya pada abad ke 12 roket-roket tersebut mulai digunakan untuk keperluan mililter. Pemakaian roket pertama kali di Eropa adalah ketika pada tahun 1453 digunakan oleh Khalifah Utsmani, atau dikenal di dunia barat sebagai Ottoman, untuk menaklukan kota Istambul yang saat itu dikenal dengan nama Konstantinopel. Saat penaklukan kota Konstanipel oleh Khalifah Utsman beberapa senjata canggih, bahkan sampai sekarang masih dikembangakan, digunakan oleh orang-orang Islam antara lain Meriam atau canon dan roket.
Kembali ke soal roket, sebenarnya untuk pengembangan roket Indonesia memiliki potensi yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain, bahkan untuk Amerika sendiri. Karena letak geografis Indonesia yang berada tepat di bawah garis khatulistiwa menyebabkan Indonesia memiliki garis khatulistiwa terpanjang dibanding negara manapun di dunia.
Kenapa garis khatulistiwa begitu penting, disebabkan Kebanyakan satelit yang diluncurkan saat ini, terutama satelit komunikasi, merupakan satelit dengan orbit geostasioner, yang memang harus menetap pada posisi diatas ekuator. Peluncuran roket dari dekat garis katulistiwa akan lebih menghemat bahan bakar roket, dan karenanya lebih murah dari segi biaya.
Potensi ini malah telah beberapa kali dilirik oleh negara-negara asing. Sebut saja Rusia yang mengincar Biak sebagai lokasi yang tepat untuk mengembangkan teknologi luar angkasa mereka, namun pemerintah kita tampaknya kurang begitu tertarik dengan tawaran Rusia hingga akhirnya rencana tersebut tidak lagi terdengar.
Selain Rusia, Sebuah perusahaan swasta AS juga pernah amat tertarik dan bersedia menanam investasi untuk menjadikan biak sebagai lokasi peluncuran roket. Rencanamya, roket yang akan dioperasikan dari jenis berbahan bakar padat, diangkut lewat laut dari pantai timur AS ke dermaga bandar antariksa Biak. Alternatif lain, bagian-bagian roket diterbangkan dan mendarat di bandar udara Frans Kasiepo Biak, kemudian diangkut lewat darat ke tempat peluncuran. Sialnya, Rencana yang sudah matang itu, entah kenapa, kemudian hilang tak tentu rimbanya. Konon karena "rebutan rezeki" tingkat atas, yang membuat proyek bergengsi ini lepas dari genggaman (Kompas, 28 April 2002).
Satu-satunya pihak asing yang telah memanfaatkan potensi Biak adalah Badan Ruang Angkasa India (Indian Space Research Organization, ISRO) yang telah bekerjasama dengan LAPAN untuk membangun stasiun TT&C (Tracking, Telemetry, and Command) di sana. Stasiun ini menjadi penting karena saat India meluncurkan roket pengangkut satelitnya, proses pelepasan muatan roket dilakukan diatas angkasa Irian, dan satu-satunya stasiun Bumi yang bisa memonitor dan mengendalikan proses ini hanyalah stasiun di Biak (Republika, 8 Juni 2003).
Jadi sebelum akhirnya kita dapat menyapa Nini Anteh di Bulan sana sepertinya masih diperlukan waktu yang sangat lama. Masih banyak yang harus dibenahi, terutama kesadaran bersama pentingnya menyerap dan mengadaptasi IPTEK dari bangsa lain yang lebih maju.
Ni Anteh....sabar ya :)
sumber
RX-2530
Sejarah roket
meriam dan penaklukan konstatinopel
meriam dan penaklukan konstatinopel2
Penjelajahan Antariksa : Dari Sputnik hingga henzhou
0 Comments:
Post a Comment
<< Home