Romantisme Sepeda Ontel
Cahyaning bulan nrajang pucuking cemoro
Angin kang teko sasat nggowo gending tresno
Banyu bengawan sinorot cahyaning bulan
Lir sewu dian alerap nggugah kenangan
cahaya bulan menembus pucuk cemara
angin yg berhembus serasa membawa irama cinta
air bengawan tersorot cahaya bulan
seperti seribu dian temaram menggugah kenangan
Membaca posting Akh Muhandis di Blognya yang berjudul "Menikahlah Sahabat, Naikilah Sepeda Ontel Kehidupan Bersamanya" sontak membuat saya teringat isteri yang sekarang sedang menunggu di rumah.
Sebarapa romantis saya? Dulu saya fikir saya akan menjadi suami romantis, ya seperti itulah naek sepeda ontel berdua isteri menyusuri pematang sawah. Namun jangankan naek sepeda ontel. sawah aja ga ada deket-deket rumah saya, belum lagi kekhawatiran kaki ini yang sudah mulai kaku bila diajak ber goes ria.
Ah alasan saja, saya memang tidak romantis. Saya tidak biasa membawakan sekuntum bunga mawar atau sepotong coklat yang dibungkus kertas kado warna pink dengan pita putih melingkarinya. Bahkan isteri sayapun tahu benar saya tidak romantis, tidak kebapakan yang hobinya kalo bukan utak atik PS dan game di komputer ya ngutek-ngutek kamera.
Tapi saya yakin, saya pria romantis, setidaknya dulu. Ya pernah seorang teman berkata bagaimana dia dan isterinya melihat bulan bila purnama tiba, berdua saja di balik terawang malam. Berpegang tangan lalu berbisik "isteriku aku cinta kamu". saya? Ya saya dulu suka sekali melihat bintang-bintang bernari di pinggir bulan, menikmati sepinya rumput, desisnya angin malam makanya saya bilang saya ini romantis.
Tapi, sekarang begitu sulit menemukan sela-sela detik diantara menit... hanya untuk sekilas menengok bulan. Semakin sore bahkan lelah ini sering kali membawa badan ke peraduan lalu terbang ke dunia mimpi. sendirian saja.
Mari, saya buktikan bahwa saya romantis karena itu "saya" aku ganti dengan "aku" supaya terdengar lebih hangat.
Ya isteriku, memang aku tidak romantis ya? Bisa aku bayangkan darimana datangnya kurva terbalik di bawah bibirmu itu. Karena memang aku begitu membosankan, menjemukan bahkan untuk berkata cinta.
Rasanya aku ingin menggoes sepeda ontel itu, ya tentunya bersama kamu. Memotong pematang sawah, dan pepohonan jati di Blitar sana mendulang tawa dan berkata-kata kasih. Lalu malamnya kita nikmati bersama sang bulan. Ajaklah menari, .. si bulan dan bintang-bintangnya, aku dan kamu
Lalu aku akan berbisik sambil menggemgan tanganmu... "benarkan isteriku,...aku romantis"
*Postingan ini untuk Nur Salamah, isteri dan calon ibu anak-anakku...insyaAllah
0 Comments:
Post a Comment
<< Home