Márta 07, 2005

WCnya gimana?



Saya termasuk orang yang sensitif pada satu hal itu saat berpergian. Ya tentang WC, saya bukan tipe-tipe lelaki yang bisa di mana saja membuang hajatnya di mana mereka mau. Tadi siang, seorang teman entah iseng entah serius menawarkan saya untuk bergabung pada misi pelayarannya ke NTB. Praktis dari benak saya yang terfikirkan adalah : WCnya gimana??

Bayangan saya berlayar pada sebuah kapal, walaupun belum pernah berlayar yang memaksa saya untuk BAB di dalam kapal, namun tetap membuat saya sedikit bergidik. Berhari-hari di tengah laut, dalam sebuah ruangan yang tidak begitu besar, dan dengan kondisi WC yang saya belum tahu pasti keadaannya...OMG!!

Jangan langsung menuduh saya tidak macho dan terlalu feminim hanya karena memilih-milih soal WC. Lagi pula menurut saya tidak salah bukan bila saya melakukan itu, karena ini berkaitan langsung dengan higienis dan,...coba tebak apa?,...peradaban manusia. Peradaban manusia??!! Higienis mungkin anda bisa mengerti ya, namun peradaban manusia ???!! apa hubungannya WC dengan urusan satu itu.

Bayangkan diri anda berada dalam sebuah lingkungan masyarakat yang tidak beradab dan belum tersentuh teknologi, maka ke mana anda akan membuang hajat? Ke kebon kan!?... ke sungai kan!? Tidak salah (Sekali lagi) bukan bila saya mengaku diri saya beradab karena memang saya menyukai WC yang bersih dan higienis.

BEIJING (Reuters) - China has flushed Britain's claims to have invented the water closet down the pan with the discovery of a 2,000-year-old toilet complete with running water, a stone seat and a comfortable armrest.

Archaeologists found the antique latrine in the tomb of a king of the Western Han Dynasty (206 BC to 24 AD), who believed his soul would need to enjoy human life after death, the official Xinhua news agency said on Wednesday.

"This top-grade stool is the earliest of its kind ever discovered in the world, meaning that the Chinese used the world's earliest water closet which is quite like what we are using today," Xinhua quoted the archaeologists' report as saying.

"It was a great invention and a symbol of social civilization of that time," Xinhua said. The invention of the flush toilet is widely attributed to London plumber Thomas Crapper, who patented a U-bend siphoning system for flushing the pan in the late 19th century, and who also installed toilets for Queen Victoria.

Among other inventions claimed by China are toilet paper, fireworks, gunpowder, the compass, paper money, kites, printing and the clock.

The toilet tomb was discovered in Shangqiu county in the central province of Henan, Xinhua said.

Archaeologists also found a queen consort's stone tomb, more than 690 feet long and consisting of more than 30 rooms including a bathroom, toilet, kitchen and an ice-store.


Mungkin salah satu pengalaman masa kecil yang membuat saya memilih-milih untuk buang hajat. Ketika dulu kerap kali pulang kampung ke daerah asal orang tua yang masih jauh dari kota. Saya beberapa kali terpaksa buang hajat di kebon dengan teknik gali lubang tutup lubang. Atau bila memang menggunakan WC maka masih jauh kondisinya dari sebuah WC yang biasa saya pakai di Jakarta.

Entah kenapa, pengalaman tersebut membekas sekali dalam kenangan saya, dan bertekad dalam diri sendiri bila berpergian maka WC adalah pertanyaan urutan pertama yang harus dijawab.

Bicara soal WC, di dunia modern dikenal dua sistem yaitu WC jongkok dan duduk. Di Indonesia sendiri sistem pertama lebih dikenal masyarakat luas dibanding sistem duduk. Sistem WC jongkok dibawa oleh orang Belanda jaman penjajahan dulu, sedangkan orang pribumi aslinya buang hajat ya dengan cara gali lubang tutup lubang gitu atau nongkrong di pinggir sungai dengan resiko dicaplok buaya atau ular sanca. Namun lama kelamaan WC jongkok diadaptasi oleh masyarakat Indonesia.

Belanda saat itu juga begitu perhatian dengan urusan buang membuang hajat ini bahkan waktu jaman penjajahan dulu ada staff pemerintahan yang kerjanya menyodok-nyodok septik tank warga, untuk mengontrol keadaan septik tank tersebut. Tidak jelas apakah staff yang bertugas sebagai penyodok itu menggunakan alat khusus atau hanya sebatang bambu.

Bicara WC maka tidak juga bisa dilepaskan dari masalah membersihkan sisa-sisa kotoran sehabis berhajat ria. Sebenarnya dalam Islam yang dikenal pertama kali untuk membersihkan setelah buang hajat besar/kecil adalah dengan, bukan air tetapi...batu. Dengan menggunakan satu atau lebih dari satu (ganjil lebih disukai) maka istinja (membersihkan setalah hajat besar/kecil) dilakukan. Namun pada perkembangannya ulama dunia Islam sepakat bahwa instinja dengan air atau tissue yang dikenal sekarang diperbolehkan.

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang beristijmar (bersuci dengan batu) maka hendaklah berwitir (menggunakan batu sebanyak bilangan ganjil). Siapa yang melaksanakannya maka dia telah berbuat ihsan dan siapa yang tidak melakukannya tidak ada masalah". (HR. Abu Daud, Ibju Majah, Ahmad, Baihaqi dan Ibnu Hibban)

Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Bila seorang kamu datang ke WC maka bawalah tiga buah batu, karena itu sudah cukup untuk menggantikannya".(HR. Abu Daud, Baihaqi dan Syafi`i).
Sedangkan selain batu, yang bisa digunakan adalah semua benda yang memang memenuhi ketentuan dan tidak keluar dari batas yang disebutkan :

1. Benda itu bisa untuk membersihkan bekas najis.
2. Benda itu tidak kasar seperti batu bata dan juga tidak licin seperti batu akik, karena tujuannya agar bisa menghilangkan najis.
3. Benda itu bukan sesuatu yang bernilai atau terhormat seperti emas, perak atau permata. Juga termasuk tidak boleh menggunakan sutera atau bahan pakaian tertentu, karena tindakan itu merupakan pemborosan.
4. Benda itu bukan sesuatu yang bisa mengotori seperti arang, abu, debu atau pasir.
5. Benda itu tidak melukai manusia seperti potongan kaca beling, kawat, logam yang tajam, paku.
6. Jumhur ulama mensyaratkan harus benda yang padat bukan benda cair. Namun ulama Al-Hanafiyah membolehkan dengan benda cair lainnya selain air seperti air mawar atau cuka.
7. Benda itu harus suci, sehingga beristijmar dengan menggunakan tahi / kotoran binatang tidak diperkenankan. Tidak boleh juga menggunakan tulang, makanan atau roti, kerena merupakan penghinaan.
Sumber http://www.syariahonline.com

Buang hajat dan WC ternyata juga masalah tersendiri untuk para astronot dan kosmonot yang berada di orbit bumi. Kenapa? Karena di sana tidak ada gaya gravitasi bumi, alias benda seberat (juga seringan) apapun akan melayang-layang tak tentu arah. Jadi, tentunya ini PR buat para ilmuwan luar angkasa untuk memecahkan masalah tersebut.

Sepertinya para astronot juga tidak mungkin mengandalkan WC umum, karena di luar angkasa sana akan sedikit sulit buat mereka untuk menemukan deretan WC umum seperti yang ada di pinggir kali di Jakarta. BAB di luar angkasa pastinya memerlukan teknologi canggih dan itu artinya hanya masyarakt yang menguasai sains dapat memanfatkan ilmunya agar seseorang dapat BAB dengan sukses di luar angkasa. Kecuali ada mahluk asing yang ngobyek bikin WC Umum di luar angkasa itu lain cerita.

Hmm jadi semaju apa peradaban sebuah bangsa dapat dilihat dan dihubungkan langsung dengan WCnya. Semakin canggih dan semakin higienis serta tentunya semakin nyaman urusan satu itu dilangsungkan maka semakin canggih dan hebat kemajuan peradaban yang mereka miliki.

Nah sebelum anda mengajak saya pergi jalan-jalan maka fikirkan dahulu WCnya gimana :D

0 Comments:

Post a Comment

<< Home