Feabhra 11, 2005

Bermimpi menjadi penulis*



7 KEBIASAAN BURUK PENULIS
1. Menulis buku dengan tulisan tangan serta menjilid halaman-halamannya.
2. Menulis buku tanpa melengkapi bagian-bagian buku, seperti prakata, daftar pustaka, indeks, glosarium.
3. Mengirim naskah tanpa pengantar atau proposal.
4. Mengutip tanpa mencantumkan sumber kutipan.
5. Menulis buku tanpa berempati terhadap pembaca.
6. Menulis buku tanpa referensi yang memadai.
7. Menolak naskahnya disunting editor

Paling tidak dari tujuh kesalahan penulis di atas saya terbiasa melakukan 5 atau bahkan 6 pointnya. Semakin memperkuat dugaan bahwa saya bukan penulis yang baik. Menulis memang sudah menjadi hobi saya. Ketika dulu pelajaran Bahasa Indonesia saya suka sekali bila diharuskan mengarang. Seperti anak kecil pada umumnya yang saya tuangkan tak lebih dari hari-hari petualangan selama liburan.

Bila seni untuk seni maka untuk saya menulis adalah untuk menulis, seperti yang kata Ukh Reni tuangkan dalam blognya, bahwa saya menulis karena saya suka. Saking sukanya, kadang sering lupa diri bahwa menulis berati juga untuk dibaca orang. berati ada hal-hal yang seharusnya saya perhatikan dalam tulisan saya mengingat setelah di publish maka akan menjadi komsumsi publik. Seringkan anda lihat beberapa kesalahan ketik dan ejaan dalam blog saya, dan bagaimana hancur leburnya itu EYD dalam tulisan-tulisan saya.

Howard Gardner, profesor psikologi ari Harvard mengatakan bahwa kecerdasan memiliki tujuh dimensi : verbal-lingustik, kinestetik, spasial, logika-matematikal, musikal interpersonal dan interpersonal.

Apakah saya penulis yang berbakat atau apakah saya penulis yang bisa menulis karena memang saya suka menulis (maksudnya karena latihan gitu). Saya sendiri tidak pernah merasa berbakat dalam hal apapun, saya manusia yang tidak berbakat bisnis, satu-satunya usaha yang saya rintis sekarang yang tertinggal hanya id di YM, e-mail di yahoo dan seperangkat komputer di rumah. Jangan tanya apakah saya berbakat dalam olahraga, karena melihat dari bentuk tubuh sayapun tidak akan ada yang pernah menebak saya pandai berolahraga. Maka tidak heran bukan bila saya bilang saya tidak berbakat menulis.

Berangkat dari pendapat Gardner di atas ada sebuah pendapat yang membuat saya sedikit kembang kempis "agak berbeda dengan kecerdasan intelektual (IQ) tujuh kecerdasan yang diperkenalkan Gardner dapat digali, ditingkatkan, dan dimaksimalkan potensinya. Termasuk verbal-linguistik dimana setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadikan satu atau beberapa dari tujuh kecerdasan yang ada dalam dirinya menjadi lebih maksimal". Berati saya yang memang tidak berbakat dalam banyak hal, memiliki kesempatan yang sama dengan Charles Dickens, AA Navis dan STA...kalau saja saya terus berlatih berlatih dan berlatih lagi.

Salah satu sarana yang saya tunggu-tunggu untuk mengembangkan kemampuan menulis; adalah kritikan dan masukan dari teman2 yang suka berkunjung ke blog ini. Namun sampai detik ini, saya harus mengakui, baru satu orang saja yang mengkritik tulisan saya seperti yang saya harapkan... tak lain dan tak bukan adalah Nining. Walau hanya EYD, namun terasa masukan-masukan dari Bu Editor komik Conan ini sangat membantu.

Satu hal lagi yang membuat saya kembang kempis adalah rencana pelatihan penulisan yang akan diadakan teman-teman IMB. Sebuah kesempatan emas yang mungkin tidak akan saya lewatkan, sebuah peluang meningkatkan kecerdasan verbal-linguistik saya.

Bila Bung Karno berlatih di depan cermin sebelum berpidato dan bila JFK berhasil mengatasi ke-gagap-annya ketika kecil untuk menjadi orator yang mampu mempengaruhi massa di US sana...maka saya akan berkata... "Pelatihan penulisan here I come... !!!"

*Promosi ilegal utk menyambut pelatihan penulisan oleh IMB

Sumber
Majalah Mata Baca Vol 3. No. 6 2005 "Menggali dan menjual kecerdasan verbal dan linguistik" oleh R. Masri Sareb Putra
www.matabaca.com

0 Comments:

Post a Comment

<< Home