Tracking down the ancestor #2
Blitar kebanjiran? berita baru nih. Seingat saya yang namanya kota Blitar jarang sekali di landa banjir, apalagi banjir bandang seperti yang disebut sebut di berita akhir-akhir ini. Kalau berita yang muncul Blitar terkena hujan debu akibat imbas gunung meletus saya malah tidak heran mengingat di sekeliling Blitar terdapat dua buah gunung yang masih aktif, salah satunya adalah Gunung Kelud.
Mungkin anda mendengar bahwa salah satu penyebab banjir kemarin akibat perebutan pengelolaan sungai antara PAM dan PLN (Kalo ga salah). Tetapi, saya yakin ada satu faktor yang menjadi penyebab banjirnya Blitar beberapa saat lalu, yaitu penebangan liar. Masih ingat cerita di bawah ketika sekitar enam atau tujuh tahun lalu saya pulang ke Blitar?
Ok, saat itu yang namanya hutan jati terbentang lua sekali di kota Patria ini. Kebetulan Paklek saya bekerja sebagai polisi hutan dan memiliki rumah dinas tepat di pinggirnya. Kesempatan itu tentunya tidak saya sia siakan untuk menjelajahi hutan jati. Segala cara dilakuin dari jalan kaki sampai menggunakan motor bebek sekalipun...bayangkan saudara-saudara saat itu padahal sedang musim hujan namun saya dan sepupu saya dengan pedenya menjelajahi hutan jati dengan motor bebek. Walhasil yang namanya terperosok, terjerembab, terjebak dalam lumpur menjadi siklus lima menitan selama perjalanan tersebut
Pohon jati atau nama latinnya Tectona grandis memiliki siklus hidup yang lambat dibanding pohon-pohon lainnya. Untuk menjadi sebesar paha orang dewasa (jangan bayangkan paha saya, namun bayangkan saja paha....manusia langsing laennya) setinggi kira-kira sepuluh meter memakan waktu tahunan. Saya sendiri tidak percaya ketika paklik saya saat itu menerangkan tentang pohon jati, namun akhirnya saya harus percaya ketika dia memperlihatkan garis-garis radial pada sebatang pohon jati yang telah ditebang menunjukkan sepuluh (bahkan lebih) lingkaran. Seingat saya satu garis mewakili masa satu tahun pohon tersebut hidup, mohon di koreksi bila salah.
Sungguh mengenaskan saat kemarin saya kembali ke tempat yang sama. Bukit-bukit yang dulu diselimuti lautan pohon jati saat ini tinggal rerumputan dan ilalang saja. Katanya Blitar tidak luput dari pencurian kayu yang semakin marak sejak zaman reformasi...rupanya angin reformasi di Blitar berhembus dengan bau yang sedikit berbeda dengan yang kita cium di Jakarta. Pemandangan itu ternyata hampir merata di seluruh lahan yang tadinya selimut hutan jati itu. Tidak heran maka bila akhirnya kemarin banjir melanda kota Blitar. Padahal sebelumnya kata paklek saya musim kemarau terasa begitu panjang di sana...sambil menyalahkan penggundulan hutan yang sistematis.
Pasti untuk anda yang mengikuti berita tentang banjir di Blitar pernah mendengar sebuah tempat bernama Kecamatan Kademangan. Salah satu daerah di mana famili saya tinggal, alhamdulilah rumahnma tidak terkena efek banjir kemarin. Saya ingin cerita, dari Kademangan itu bila anda mengikuti jalan raya-nya ke arah selatan maka setelah melewati perbukitan anda akan di hidangkan dengan sepotong pantai selatan dengan pasirnya yang putih serta airnya yang birunya. Langsung menghadap samudera luas...bila anda nekat berenang maka akan sampai ke Benua Australia...Namun semua itu dengan catatan bila anda berkunjung ke pantai itu di luar tanggal satu suro atau hari-hari raya. Pantai yang tadinya damai dan bersih tiba-tiba berubah menjadi lautan manusia belum lagi sampah yang tersebar di mana-mana pada tanggal-tanggal tersebut....kalau tidak salah sepupu saya sering bilang daerah itu Kepanjen, saya sedikit tidak ingat.
Oh ya mengenai bukit-bukit tadi saya hampir saja lupa. Pernah nonton pemberontakan Blitar Selatan? yang penjahatnya (PKI) bermarkas di gua-gua di perbukitan? Nah dibukit itulah lokasi tepatnya. Sebenarnya gua tersebut bagus juga untuk dikunjungi karena memiliki sungai di dalamnya yang bila di telusuri akan tembus di gua lainnya. Namun saya khawtair badan saya terlalu besar untuk muat di sana....jadi sebaiknya saya urungkan saja rencana untuk berkunjung dan menelusuri sungai tersebut, sampai bisa langsing....maybe maybe...just maybe.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home