Setelah ini semua, lalu apa?
Saya fikir keputusan Jaya Suprana Bos Jamu Cap Ayam Jago untuk mendirikan yayasan MURI sangat tepat. Apa sebab? Karena di Indonesia hal-hal luar biasa dan ganjil yang tentunya tidak pernah akan ada di negara-negara laennya dapat ditemukan dengan mudah. Sedemikian mudahnya hingga MURI pernah dikritik karena sepertinya gampang sekali memberikan rekor.
Beberapa rekor yang unik dan hanya ada di Indonesia yang pernah dicatat MURI antara lain, rekor Merakit dan Install Seribu PC (disponsori oleh Microsoft Indonesia), serta rekor Game Indonesia Pertama, kabarnya juga MURI pernah memberikan pernghargaan rekor pada Bang Sutiyoso sebagai Gubernur yang Menjabat Paling Banyak Dalam Pemerintahan, tidak jelas ada berapa jabatan yang Bang Yos pegang selama menjadi gubernur Jakarta.
Namun dari beberapa rekor yang pernah dicatat Muri saya melihat ternyata bangsa kita begitu hebat dalam hal yang besar-besar, ya sebut saja Payung Geulis Tasik "Raksasa" karya para perajin payung geulis Tasikmalaya yang berdiameter kurang lebih 7 meter. Termasuk juga usaha PT Djarum Kudus yang mencipkan bendera suporter terbesar se-Indonesia, dengan ukuran 60,2 meter kali 40 meter.
Belum lagi Museum Rekor Indonesia (MURI) pernah mencatat "Juadah Raya Nanggroe Aceh Darussalam" sebagai kue tradisional raksasa terbesar di Indonesia, yang berbentuk konstruksi pelaminan khas Aceh dipajang di arena Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) IV itu, dibangun dan dibuat lebih dari 18 ribu potong kue tradisional. Dibentuk dengan panjang empat meter, lebar 2,08 meter serta tinggi tiga meter. Kenapa sepertinya kita terobsesi dengan yang besar-besar ya? Tak tau lah awak nie,...hey lagipula membuat sesuatu yang besar itu kan mudah hanya butuh tenaga dan dana.
Ada sedikit catatan bahwa ternyata di Indonesia sendiri pernah terjadi hal-hal terbesar lainnya di mana belum pernah terjadi pada belahan dunia manapun, seperti meletusnya gunung Krakatau, Tsunami di Aceh dan akhirnya yang baru saja terjadi kemarin gempa di Nias.
Dalam daftar beberapa bencana alam akibat gempa dan tsunami yang tercatat dalam sejarah modern manusia krakatau mengambil korban jiwa tercatat paling tidak 36 ribu jiwa. Saat itu terjadi gelombang pasang yang melanda seluruh dunia karena ledakan besar di Gunung Krakatau di selat Sunda pada 27 Agustus 1883. Secara resmi berdasar catatan pemerintah Hindia Belanda, peristiwa ledakan gunung Krakatau menimbulkan korban 36.417 orang, 90 persen korban tewas akibat tsunami.
Sedangkan korban tsunami di Aceh sendiri sejauh ini, jumlah resmi korban tewas antara 174.300-183.083. orang. Nias, terakhir sore kemarin di detik.com gempa 8,2 pada skala richter ini menurut Gubernur Sumut memakan korban lebih dari 1000 orang.
Bila dijumlah ketiga musibah tersebut maka akan muncul 211.717 orang. Sebuah jumlah yang luar biasa. Hanya ada satu kejadian buatan manusia yang hampir menyamai jumlah korban pada tiga kejadian di Indonesia seabad belakangan ini yaitu korban bom atom di Hirosima dan Nagasaki yakni sekitar 105.000 orang.
Abad modern yang ditandai dengan dimulainya abad ke 20 ternyata selain banyaknya ditemukan teknologi terbaru dan perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat ternyata juga mencatat berlembar gelap dalam sejarah umat manusia. Bila anda aware, semua korban yang saya sebut diatas meregang nyawanya di abad 20 dan awal abad 21. Sepertinya alam dan manusia saling berkerjaran mengejar rekor mana yang paling banyak memakan korban dalam abad ini.
Menurut Ust. Anis Matta, cara bangsa ini belajar tidak menganut metodologi learning by doing, melainkan learning by accident. "Mereka membutuhkan bencana keras untuk berubah. Kenapa ? Karena pola belajarnya terlalu terlalu visual. Jadi hanya ketika mereka tertimpa musibah, mereka belajar. Mereka tidak belajar dengan cara yang lebih cerdas" tutur Anis.
Kejadian demi kejadian seharusnya menimbulkan pertanya : Apakah kematian demi kematian, musibah demi musibah yang terjadi dalam bagian hidup kita tersebut akhirnya hanya menjadi deretan angka-angka yang mungkin sepuluh-dua puluh tahun ke depan tertera dalam buku pengetahuan geografi?. Atau apakah ada sesuatu yang bisa kita ambil sebagai pelajaran?
Jadi butuh berapa banyak nyawa lagi yang tercatat di MURI untuk memaksa kita belajar?
Sumber :
Kompas Krakatau
Nias Gempa
Kompas Aceh
Korban Bom Atom
Anis Mata Bilang...
Corbis Picts
0 Comments:
Post a Comment
<< Home