Bealtaine 13, 2004

Tak Benteng Atu

Tak kurang terkejutnya saat mendengar cerita teman waktu kuliah dulu dimana dia ketika duduk di Sekolah menengah pertama, dia dan teman2nya mengadakan pesta valentine. Pesta Valentine? Bukankah itu pesta model-model yang baru saya dengar pas sekolah menengah atas? Bukankah rasa-rasanya waktu itu saya enggan untuk ikut-ikutan merayakannya, bukan karena saya tahu acara itu bertentangangan dengan agama, namun lebih karena hadir di pesta-pesat model gitu kok saya ngerasa nggak cocok ya.

Dibandingkan dengan teman saya, pada saat yang sama mereka merayakan pesta valentine, saya dan sepupu yang sebaya masih disibukkan dengan kegiatan seperti mencari biji karet, maen layangan dan mengumpulkan gambaran, ya istilahnya permainan bocah lah. Boro-boro pesta valentine pesta ulang tahun yang diadakan di rumahan saja sudah cukup menghebohkan saat itu.

Sebenarnya salah satu penyebabnya adalah efek media yang saat itu tidak begitu gencar dibandingkan sekarang. Dulu, sepertinya hanya ada dua st televisi RCTI dan TVRI dengan program yang lebih mendidik daripada saat ini. Media cetak juga tidak berbeda walaupun memang ada yang membahas tentang valentine dan sejenisnya namun kami tidak spontan untuk mengikutinya,...mungkin karena inforcement yang tidak seramai skrg. Tengok saja televisi jaman skrg, tanggal 14 februari tidak ada yang tidak menyiarkan berbagai hal yang bersangkut pautan dengan valentine, hingga anak-anak di kampung lereng gunungpun akan berfikir untuk segera ikut2an merayakan....khan lagi mode. Oke lupakan soal valentine dan media massa, saya ingin bercerita tentang kenangan masa kecil yang sepertinya anak-anak sekarang nggak lagi mau meliriknya.

Pernah dengar tak benteng satu? Permainan ini adalah salah satu dari beberepa permainan yang jaman saya dulu masih duduk di bangku sekolah dasar dan pertama,.... sangat populer loooo. Permainan ini dimainkan oleh dua kelompk anak-anak, tidak dibatasi jumlahnya dan biasanya dimainkan pada malam hari, apalagi saya ingat saat itu namanya lampu jalanan masih belum ada membuat suasana permainan lebih seru. Jadi kalo libur panjang tiba maka hampir tiap malam permainan ini di lakoni. Dari dua kelompok ini diundi menjadi dua jenis, kelompok pertama mempertahankan benteng, sementara kelompok kedua menyerang benteng.

Benteng disini jangan dibayangkan seperti di film-film, tetapi benteng yang dimaksud biasanya bisa apa saja yang disetujui oleh yang memainkannya, dan biasanya tiang listrik adalah pilihan pertama. Kelompk penyerang di kasih waktu beberapa saat untuk menyebar. Oh ya cakupan luas permainan ini tidak tanggung-tanggung, kurang lebih seluas perumahan tempat tinggal dulu kira-kira satu sampai dua hektar. Setelah itu kedua kelompok akan menyusun strategi. Kelompok yang mempertahakan akan mencari dan mengejar kelompok penyerang sementara kelompok kedua berusaha untuk menghindari tangkapan kelompok yang bertahan sambil berusaha menyerang dan merebut benteng dengan cara menyentuhkan salah satu anggota badannya ke tiang listrik yang disepakati menjadi benteng yang direbutkan.

Lamanya permainan ini tidak dibatasi pokoknya sampai salah satu mengalah. Bahkan tidak jarang beberapa anak akan pulang ke rumah membiarkan lawannya kebingungan mencari. Atau kalau mereka fair maka beberapa teman akan berteriak ke sekeliling perumahan memberitahu permainan sudah sudah selesai....tidak jarang sampai tengah malam.

Syarat untuk menjadi anak yang dijagokan adalah : kuat, gesit, lincah serta memiliki track record membobol benteng lawan. Anak model gini biasanya paling ogah menjadi yang mempertahankan benteng, maunya menjadi penyerang saja.

Nah mana yang lebih seru hadir di pesta valentine atau ikut teman-teman merebut benteng sambil mengendap-ngendap di antara pepohonan kebun singkong? Jangan harap saya memilih pesta valentine deh.

Btw...selaian tak benteng satu kami juga mengenal permainan tak benteng dua....tetapi saya rasa akan saya simpan cerita itu sampai postingan berikutnya :)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home