Feabhra 27, 2008

Fashion by Ziryab : sebuah gaya hidup


Bila anda suatu saat mendapatkan undangan makan malam pada sebuah acara resmi atau mungkin juga berbau-bau kenegaraan, tentunya anda akan direpotkan dengan tata cara makan yang berbeda dengan umumnya Orang Indonesia. Tata cara makan yang bahkan sampai sangat detil termasuk jenis sendok mana yang digunakan untuk sup dan mana yang untuk nasi atau semacamnya. Dan apakah anda harus menyilangkan sendok dan garpu ketika sudah selesai makan menjadi sangat penting bahkan dianggap tidak sopan bila tidak melakukannya.


Untuk beberapa perusahaan bahkan mendatangkan ahlinya dari sekolah-sekolah kepribadian untuk mendidik pegawainya mengerti tentang tata cara makan memakan yang di Indonesia sesimpel berjalan kaki namun di belahan dunia lain menjadi sebuah upacara melelahkan.


Anggapan hampir semua orang bahwa protokoler makan yang beribet itu merupakan asli buah peradaban maju masyarakat barat (eropa) sangat salah besar. Justru, apa yang selama ini kita kenal sebagai kebudayaan barat dari kebiasaan memakan sup sampai tata cara berbusana untuk musim yang tepat bukan datang "asli" dari mereka. Adalah Ziryab satu dari sekian banyak nama muslim yang tercatat dalam sejarah walau dalam tinta yang mengabur menjadi salah seorang yang buah kearifannya masih diterapkan oleh masyarakat dunia terutama orang-orang Eropa.

Sebenarnya lebih dikenal sebagai pemusik yang handal mantan budak kemungkinan dari Tanzania dan murid dari pemusik handal pada zamannya Ishaq al-Mawsili.Bahkan bakat kemampuannya bermusik mencuri perhatian Khalifah Harun Al Rasyid, dalam beberapa artikel, membuat gurunya cemburu dan meminta Ziryab memilih antara dibunuh (dihancurkan karirnya) atau pergi dari Baghdad dengan dibekali uang. Pada akhirnya Ziryab memilih untuk pergi dan takdir membawanya menjadi menteri kebudayaan di Spanyol atau saat itu dikenal dengan Andalusia.

Dari sanalah apa yang dikenal di dunia barat dan akhirnya sampai ke Indonesia dan negara lainnya mulai dikenal dan bertahan sampai sekarang. Ziryab begitu menyukai seni penyajian makanan sebagaimana dia mencintai musik. Bayangkan bagaimana seorang maestro musik tentunya akan sangat menyukai hal-hal yang indah dan tertata rapih.

Sebelum kedatangan Ziryab tidak pernah dikenal apa yang namanya sopan santun makanan, bahkan semua makanan yang tersedia diletakkan begitu saja di atas meja lantas disantap. Mengingatkan pada kebiasaan makan di rumah saya seadanya, baik dengan lauk seadanya dan keadaan yang juga seadanya, maksudnya mau makan di mana saja di bagian rumah saya dengan cara apapun ya silahkan saja, asal janagan sambil loncat-loncat.

Kembali ke Ziryab, saat itu dengan persetujuan raja Andalusia Ziryab menetapkan tata cara makan untuk keluarga kerajaan, (yang saya tidak usah terjemahkan) :

Ziryab decreed that palace dinners would be served in courses—that is, according to a fixed sequence, starting with soups or broths, continuing with fish, fowl or meats, and concluding with fruits, sweet desserts and bowls of pistachios and other nuts. This presentation style, unheard of even in Baghdad or Damascus, steadily gained in popularity, spreading through the upper and merchant classes, then among Christians and Jews, and even to the peasantry. Eventually the custom became the rule throughout Europe. The English expression “from soup to nuts,” indicating a lavish, multi-course meal, can be traced back to Ziryab’s innovations at the Andalusi table.

Tidak hanya sampai di situ Ziryab juga menciptakan gaya pakaian yang elegan untuk empat musim di Eropa. Bayangkan, bahkan sebelum Paris dikenal sebagai pusat mode dunia, Ziryab sudah melakukan terobosan langkah awal dalam perkembangan dunia mode. Pada musim semi para wnaita disarankan memaki busana warna terang berbahan kapas. Namun pada musim panas pakaian berwarna putih berbahan sutra menjadi pilihan. Dan saat musim dingin mode yang dianjurkan adalah pakaian panjang bahan berbulu (Taste of Turkish Fashion, Majalah Azzikra, 2007, Vol 3 No 23, Hal 82-85)

Mungkin bisa dikatakan Ziryab adalah pria metroseksual di zamannya. Dia mengenalkan kebiasaan bercukur (dengan gaya) di antara pria-pria saat itu dan menciptakan model baru gaya potongan rambut pria. Sebelumnya para bangsawan dan ilmuwan mencuci pakaian mereka dengan air mawar. Untuk meningkatkan proses pembersihan binatu Ziryab menambahkan garam dalam mencuci baju.

Saat itu banyak orang Eropa yang belajar menuntut ilmu di Andalusia dan ketika mereka pulang kembali maka selain ilmu yang dipelajari juga gaya hidup Orang Islam di Andalusia yang dikembangkan oleh Ziryab tak urung terbawa juga dan pada akhirnya menjadi salah satu bagian dari budaya barat seperti yang kita kenal sekarang.

Sumber lebih lengkap
Flight of the Blackbird
The Andalus
The Andalus is a compilation from Saudi Aramco World about Muslim Spain

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

artikel anda bagus dan menarik, artikel anda:
http://www.infogue.com/
http://fashion.infogue.com/fashion_by_ziryab_sebuah_gaya_hidup

anda bisa promosikan artikel anda di infoGue.com yang akan berguna untuk semua pembaca. Telah tersedia plugin/ widget vote & kirim berita yang ter-integrasi dengan sekali instalasi mudah bagi pengguna. Salam!

3:00 i.n.  

Post a Comment

<< Home