Meitheamh 01, 2006

MENCARI SEBUAH MASJID


Taufiq Ismail

Aku diberitahu tentang sebuah masjid,yang tiang-tiangnya dari pepohon di hutan, fondasinya batu karang dan pualam pilihan atapnya menjulang tempat bersangkutnya awan dan kubahnya tembus pandang, berkilauan digosok topan kutub utara dan selatan Aku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang sepenuh dindingnya yang transparan, dihiasi dengan ukiran kaligrafi Qur'an dengan warna platina dan keemasan bentuk daun-daunan sangat teratur serta sarang lebah demikian geometriknya ranting dan tunas berjalin bergaris-garis gambar putaran angin Aku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang sebuah masjid yang menara-menaranya menyentuh lapisan ozon dan menyeru azan tak habis- habisnya membuat lingkaran mengikat pinggang dunia kemudian nadanya yang lepas-lepas disulam malaikat jadi renda benang emas yang memperindah ratusan juta sajadah di setiap rumah tempatnya singgahAku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang sebuah masjid yang letaknya dimana bila waktu azan lohor engkau masuk kedalamnya engkau berjalan sampai waktu ashar, tak kan capai saf pertama sehingga bila engkau tak mau kehilangan waktu, bershalatlah di mana saja di lantai masjid ini yang besar luar biasa Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang ruangan disisi mihrabnya yaitu sebuah perpustakaan tak terkata besarnya dan orang-orang dengan tenang membaca di dalamnya, di bawah gantungan lampu-lampu kristal terbuat dari berlian yang menyimpan cahaya matahari, kau lihat bermilyar huruf dan kata masuk beraturan ke susunan syaraf pusat manusia dan jadi ilmu berguna di sebuah pustaka yang bukunya berjuta-juta terletak disebelah menyebelah masjid kita Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang sebuah masjid yang beranda dan ruang dalamnya tempat orang-orang bersila bersama dan bermusyawarah tentang dunia dengan hati terbuka dan pendapat bisa berlainan namun tanpa pertikaian dan kalaupun ada pertikaian bisalah diuraikan dalam simpul persaudaraan sejati dalam hangat sajadah yang itu juga terbentang di sebuah masjid yang sama

Tumpas aku dalam rindu. Mengembara mencarinya

Dimanakah dia gerangan letaknya?

Pada suatu hari aku mengikuti matahari ketika dipuncak tergelincir sempat lewat seperempat kwadran turun ke barat dan terdengar merdunya azan di pegunungan, dan akupun melayangkan pandangan mencari masjid itu kekiri dan kekanan, ketika seorang tak kukenal membawa sebuah gulungan, dia berkata "Inilah dia masjid yang dalam pencarian tuan" dia menunjuk tanah ladang itu dan di atas lahan pertanian dia bentangkan secarik tikar pandan kemudian dituntunnya aku ke sebuah pancuran airnya bening dan dingin mengalir teraturan, tanpa kata dia berwudlu duluan. Akupun di bawah air itu menampungkan tangan, ketika kuusap mukaku, kali ketiga secara perlahan, hangat air yang terasa bukan dingin Kiranya demikianlah air pancuran bercampur dengan air mataku yang bercucuran.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home