Lelaki yang Selalu Sendiri
(diambil dari sebuah judul cerpen karya Asma Nadia, dalam kumpulan cerpen "meminang bidadari")
Antara bulan, Win dan Agung tiga tokoh yang saya ambil dari cerpen tersebut mewakili tiga perwujudan dari : Win pria "bunga matahari" namun tidak bahagia dengan apa yang dijalaninya karena tidak berhasil (menurutnya) menjadi pemimpin dalam keluarganya sendiri. Agung anak muda yang idealis dan mengira bahwa hidup itu hanya terdiri hitam dan putih, yang akan belajar pengalaman lain dari sebuah kehidupan kehidupan. Bulan yang menemani mereka pada setiap sesi malam-malam mereka bertemu di atas genteng untuk mengobrol tentang Win dan Keluarganya.
Untuk kami, atau paling tidak saya, sering diberi gambaran tentang indahnya "bunga matahari", seperti mimpi katanya. Bahkan banyak yang menyesal setelah menemukan "bunga matahari", kenapa tidak dari dulu-dulu, begitu ujar mereka. Dari teman2 pengajian memang tinggal aku saja yang belum menemukan "bunga matahari", bisa dibilang prestasi yang agak memalukan mengingat umur yang tengah mendekati kepala tiga. "Bunga matahari", banyak sekali berkah di dalamnya amal-amal yang tidak mungkin diraih ketika seseorang masih bujangan, bahkan hal-hal yang bila dilakukan oleh pria/wanita single mengundang kutukan, ketika menemukan "bunga matahari" menjadi berpahala dan membawa berkah....kasarnya udeh enak berpahala lagi, gimana nggak nikmat....ahhh what a live :).
Tapi untuk Win dalam tokoh cerpen AN, kenyatannya sangat berbeda. Istri yang "katanya sholeha" (bila takaran sholeha hanya jilbab) istri yang pada pandangannya dulu adalah yang terbaik ternyata berbeda jauh dari yang dia harapkan. Banyak sekali manusia yang terlihat dari luar begitu sempurna namun ragu juga apakah akan menghadirkan mimpi yang terbaik? Bila manusia adalah sebuah buku tentunya akan lebih mudah menilainya dari halaman muka sampai halaman appendix.
Tapi tidak begitu caranya untuk mengenalnya aku hanya diperkenankan melihat kovernya dan daftar isi serta rangkumannya. Sisanya?...ya sisanya aku serahkan saja ke pada Sang Maha Tahu, karena manusia bukan buku, mereka begitu kompleks, yang apabila dijadikan sebuah buku tidak cukup usiaku untuk membacanya.
Tetap, timbul pertanyaan siapakah yang menghadirkan mimpi2 sempurna tentang kehidupan "bunga matahari" yang pernah aku dengar selama ini? apakah dia?
Bila aku menempatkan posisiku dalam posisi cerpen AN, maka aku akan mendapati dirku sebagai Agung, karena begitu banyak yang aku tuntut dari seorang petani "bunga matahari", apalagi bila sudah berhubungan dengan agama. Tapikan mereka juga manusia yang penuh dengan kekurangan, jadi apa gunanya? Apa gunanya meminta gading sementara tidak ada gading yang tidak retak. Padahal diri sendiripun tidak ubahnya ,seperti kata Zainuddin MZ, dari jauh kemilaun bagai intan berlian setelah didekati ternyata hanya beling.
Aku harap, aku mempunya hati seluas Win dan apabila Win adalah tokoh nyata aku harap dia ada disini sekarang dan mengajariku tentang sabar dan berbesar hati serta yang paling utama adalah belajar mencintai kelemahan si "bunga-bunga matahari" kelak, sejauh apapun dia dari harapanku.
Terakhir,....*sambil mengerling pada bulan* jangan lupa kamu menemaniku ya bulan kalau aku tiba-tiba merasa sendiri. Tapi kamu gapapakan bulan kalau nanti aku lupa sama kamu, terutama ketika dia ternyata lebih indah dari kamu,...toh kamu sudah punya bintang-bintang untuk di ajak main petak umpet ;)
70 days to come....
Antara bulan, Win dan Agung tiga tokoh yang saya ambil dari cerpen tersebut mewakili tiga perwujudan dari : Win pria "bunga matahari" namun tidak bahagia dengan apa yang dijalaninya karena tidak berhasil (menurutnya) menjadi pemimpin dalam keluarganya sendiri. Agung anak muda yang idealis dan mengira bahwa hidup itu hanya terdiri hitam dan putih, yang akan belajar pengalaman lain dari sebuah kehidupan kehidupan. Bulan yang menemani mereka pada setiap sesi malam-malam mereka bertemu di atas genteng untuk mengobrol tentang Win dan Keluarganya.
Untuk kami, atau paling tidak saya, sering diberi gambaran tentang indahnya "bunga matahari", seperti mimpi katanya. Bahkan banyak yang menyesal setelah menemukan "bunga matahari", kenapa tidak dari dulu-dulu, begitu ujar mereka. Dari teman2 pengajian memang tinggal aku saja yang belum menemukan "bunga matahari", bisa dibilang prestasi yang agak memalukan mengingat umur yang tengah mendekati kepala tiga. "Bunga matahari", banyak sekali berkah di dalamnya amal-amal yang tidak mungkin diraih ketika seseorang masih bujangan, bahkan hal-hal yang bila dilakukan oleh pria/wanita single mengundang kutukan, ketika menemukan "bunga matahari" menjadi berpahala dan membawa berkah....kasarnya udeh enak berpahala lagi, gimana nggak nikmat....ahhh what a live :).
Tapi untuk Win dalam tokoh cerpen AN, kenyatannya sangat berbeda. Istri yang "katanya sholeha" (bila takaran sholeha hanya jilbab) istri yang pada pandangannya dulu adalah yang terbaik ternyata berbeda jauh dari yang dia harapkan. Banyak sekali manusia yang terlihat dari luar begitu sempurna namun ragu juga apakah akan menghadirkan mimpi yang terbaik? Bila manusia adalah sebuah buku tentunya akan lebih mudah menilainya dari halaman muka sampai halaman appendix.
Tapi tidak begitu caranya untuk mengenalnya aku hanya diperkenankan melihat kovernya dan daftar isi serta rangkumannya. Sisanya?...ya sisanya aku serahkan saja ke pada Sang Maha Tahu, karena manusia bukan buku, mereka begitu kompleks, yang apabila dijadikan sebuah buku tidak cukup usiaku untuk membacanya.
Tetap, timbul pertanyaan siapakah yang menghadirkan mimpi2 sempurna tentang kehidupan "bunga matahari" yang pernah aku dengar selama ini? apakah dia?
Bila aku menempatkan posisiku dalam posisi cerpen AN, maka aku akan mendapati dirku sebagai Agung, karena begitu banyak yang aku tuntut dari seorang petani "bunga matahari", apalagi bila sudah berhubungan dengan agama. Tapikan mereka juga manusia yang penuh dengan kekurangan, jadi apa gunanya? Apa gunanya meminta gading sementara tidak ada gading yang tidak retak. Padahal diri sendiripun tidak ubahnya ,seperti kata Zainuddin MZ, dari jauh kemilaun bagai intan berlian setelah didekati ternyata hanya beling.
Aku harap, aku mempunya hati seluas Win dan apabila Win adalah tokoh nyata aku harap dia ada disini sekarang dan mengajariku tentang sabar dan berbesar hati serta yang paling utama adalah belajar mencintai kelemahan si "bunga-bunga matahari" kelak, sejauh apapun dia dari harapanku.
Terakhir,....*sambil mengerling pada bulan* jangan lupa kamu menemaniku ya bulan kalau aku tiba-tiba merasa sendiri. Tapi kamu gapapakan bulan kalau nanti aku lupa sama kamu, terutama ketika dia ternyata lebih indah dari kamu,...toh kamu sudah punya bintang-bintang untuk di ajak main petak umpet ;)
70 days to come....
0 Comments:
Post a Comment
<< Home