Bealtaine 31, 2002

�Halo Iman!� tiba tiba suara itu yang pernah akrab di telingaku satu tahun lalu kembali terdengar. Bukan ini sebenarnya yang aku harapkan ketika tadi pagi aku bangun dan memulai hari baru. Sekali lagi, bukan suara itu yang aku harapkan akan terdengar ketika aku menyisir rambutku dan menerawang atas hal hal yang akan aku hadapi hari ini.

Kamu memang hampir saja aku lupakan dan menjadi bagian dari sela-sela memori yang akan aku format. Tentang kamu, hampir saja menjadi space kosong kembali di kepalaku kalau saja kamu yang dahulu tiba-tiba menghilang tidak memanggilku siang itu.

�Halo Iman!� sekali lagi kau memanggilku. Aku pejamkan mataku sambil berharap bahwa ini hanya mimpi buruk yang akan hilang bila aku membuka mataku. Tapi tidak! Kamu di sana sambil berdiri, tersenyum dan melambaikan tanganmu dengan naifnya. Lambaianmu itu seakan mengatakan bahwa tidak ada masalah apakah kau pernah memberikan luka di sini dan menyiramnya dengan cuka, atau tidak.

�Apa kabar Iman?� tanyamu. Memangnya kamu perduli apabila kamu tahu kabarku? Lalu kalau saat ini aku memberi tahu bahwa aku tidak merasa lebih baik dari ketika kamu hilang begitu saja waktu itu, akankah kau perduli? Lihatlah! ketika aku hampir saja bisa berdiri dan berjalan tegak kembali. Kamu, seperti biasa, menghancurkan semua itu dan merobohkan aku.

�Maaf yah Iman aku buru-buru, tapi aku yakin kamu pasti sehat khan!� katamu di depan ku dengan tanganku masih memegang sesendok nasi goreng yang tadinya akan aku makan sebelum kamu datang. Kamu memang benar benar spesialis merusak suasana, karena aku tidak yakin akan seperti apa rasa nasi goreng ini setelah kamu muncul dan memanggilku kembali.

�Oh iya Man, aku akan menikah dua hari lagi, kamu datang yah! Maaf aku pergi dulu tapi aku harap kamu datang nanti. Bye Imaaan!�

Kamu dan jilbab birumu, kamu dan kemeja hitammu, kamu dengan kata-kata terakhirmu lalu pergi sambil kembali tersenyum tanpa membiarkan nasi goreng di tanganku masuk ke mulut. Tanpa memberi kesempatan pikiranku untuk mencerna ini semua.

Ah dasar kamu, benakku berteriak, sambil aku suap nasi gorengku, dan tahu tidak? Ternyata nasi goreng Bang Jalil masih nikmat! Ternyata aku masih bisa �berdiri�sambil tersenyum memikirkan apa lagi kira kira kejutan yang akan muncul hari ini�

All your data will be lost.
Click OK to continue!

OK!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home